Harian Masyarakat | Afghanistan mengalami pemadaman internet total selama 48 jam pada akhir Oktober. Pemutusan terjadi secara mendadak pada Senin sore pukul 17.00 waktu setempat dan membuat seluruh layanan telekomunikasi, termasuk internet seluler, lumpuh. Pemadaman ini menimbulkan kekacauan besar di seluruh negeri.
Menurut lembaga pemantau Netblocks, Afghanistan menghadapi “total internet blackout” yang dijalankan Taliban secara bertahap. Sebelumnya, Taliban sudah memutus jaringan serat optik di sejumlah provinsi dengan alasan mencegah “kemaksiatan”. Namun kali ini, akses diputus di seluruh negeri, termasuk Kabul.
Dampak Langsung: Bisnis, Bank, dan Bandara Terhenti
Kegiatan ekonomi Afghanistan praktis lumpuh. Hampir 80% aktivitas bisnis yang bergantung pada internet terhenti.
- Bank tidak dapat beroperasi, antrean penarikan tunai mengular, dan Western Union tidak bisa diakses.
- Perdagangan internasional terganggu karena pengiriman uang dan transfer lintas negara berhenti total.
- Kabul International Airport hampir kosong, puluhan penerbangan dibatalkan. Pesawat tidak bisa keluar atau masuk karena sistem komunikasi macet.
Seorang pedagang di Kabul mengatakan bisnisnya terdampak 90 persen. “Seluruh bisnis kami bergantung pada ponsel. Rasanya seperti hari libur, semua orang hanya di rumah. Pasar benar-benar beku,” ujarnya.
Pukulan Terbesar untuk Perempuan dan Pendidikan
Pemadaman internet semakin menutup akses pendidikan bagi perempuan Afghanistan. Taliban sudah melarang anak perempuan di atas usia 12 tahun bersekolah. Internet menjadi satu-satunya jalan bagi mereka untuk tetap belajar.
Seorang mahasiswi bernama Shakiba berkata, “Kami ingin belajar, ingin berpendidikan, tapi begitu internet diputus, dunia seolah tiba-tiba gelap.”
Fahima Noori, yang pernah bercita-cita menjadi tenaga medis, juga mengaku kehilangan harapan. “Harapan terakhir kami adalah belajar online, tapi sekarang itu pun sudah dihancurkan.”
Seorang guru bahasa Inggris, Zabi, mengatakan ratusan muridnya terancam kehilangan masa depan. “Dua hari lalu, sekitar 45 murid saya sedang mengikuti ujian ketika internet tiba-tiba mati. Mereka sudah menyiapkan diri berbulan-bulan, tapi kesempatan itu hilang.”
Aktivis pendidikan menyebut pemutusan ini sebagai “serangan langsung terhadap masa depan Afghanistan”.
Keterkejutan dan Kekacauan Publik
Warga di Kabul menggambarkan dua hari tanpa internet sebagai kondisi “buta total”. Tidak ada yang bisa menghubungi polisi, ambulans, atau keluarga mereka di luar negeri. Media internasional kehilangan kontak dengan kantor mereka di Afghanistan.
Di bandara Kabul, keluarga yang menunggu kedatangan kerabat mereka kebingungan. “Saya menunggu saudara saya dari Australia, tapi saya tidak tahu apakah dia datang,” kata seorang pria yang membawa bunga.
Rumor beredar luas tentang alasan pemadaman. Beberapa menduga ini terkait keamanan, sementara ada juga yang menghubungkannya dengan upaya Taliban membatasi akses ke konten daring.
Kebingungan dan Minim Penjelasan Resmi
Taliban tidak memberikan penjelasan resmi atas pemadaman ini. Jubir Taliban, Zabihullah Mujahid, tidak menanggapi permintaan konfirmasi. Seorang pejabat telekomunikasi Afghanistan bahkan mengaku tidak tahu alasan pemadaman.
Laporan internasional menyebut pemutusan ini dilakukan atas perintah langsung pemimpin tertinggi Taliban, Sheikh Haibatullah Akhundzada. Sebelumnya, ia memang memerintahkan pembatasan internet di sejumlah provinsi.
Reaksi Warga: Dari Putus Asa hingga Euforia
Selama pemadaman, suasana Kabul mencekam. Bank tutup, pusat belanja kosong, dan pasar sepi. Seorang pedagang menyebut kondisi ini sebagai “kematian perlahan” karena tidak ada harapan untuk masa depan.
Namun, pada Rabu malam, suasana berubah drastis. Taliban mengembalikan layanan internet atas perintah perdana menteri. Warga pun turun ke jalan merayakan.
- “Semua orang senang, menelpon keluarga mereka. Dari perempuan, laki-laki, hingga anggota Taliban,” kata seorang warga Kabul.
- Sopir pengantar barang, Sohrab Ahmadi, menggambarkannya seperti merayakan Idul Adha.
- Mah, seorang mahasiswa Afghanistan di Inggris, menangis bahagia saat bisa berbicara dengan ibunya. “Ketika mendengar suara ibu saya, saya menangis. Saya bahagia.”
Kritik Internasional: “Tindakan Ceroboh dan Berbahaya”

Misi PBB di Afghanistan mengecam pemutusan internet ini. Mereka menyebut langkah Taliban berisiko besar bagi rakyat, memperburuk krisis kemanusiaan, dan mengancam stabilitas ekonomi.
Amnesty International menyebut pemadaman itu “tindakan sembrono” yang berdampak pada distribusi bantuan, akses layanan kesehatan, dan pendidikan perempuan.
Komite Perlindungan Jurnalis juga menilai pemblokiran ini sebagai bentuk sensor yang berbahaya. “Banning broadband internet adalah eskalasi sensor yang belum pernah terjadi sebelumnya,” ujar mereka.
Masa Depan Gelap Digital Afghanistan
Pemutusan internet nasional ini menjadi sinyal bahwa Taliban berencana memperluas kontrol. Laporan media lokal menyebut Taliban bahkan berencana menurunkan akses internet seluler ke jaringan 2G, sehingga warga hanya bisa mengirim pesan teks.
Bagi banyak warga Afghanistan, terutama perempuan, internet adalah satu-satunya jalan keluar dari keterasingan. Kini, mereka harus hidup dengan ketidakpastian apakah pemutusan seperti ini akan kembali terjadi.
Seorang aktivis perempuan mengatakan, “Setiap pemadaman membuat generasi muda Afghanistan semakin tertinggal, melemahkan fondasi intelektual negara, dan memperdalam keputusasaan.”