Harian Masyarakat – Selama puluhan tahun, kekayaan Arab Saudi identik dengan minyak. Namun kini kerajaan itu sedang melakukan transformasi ekonomi besar-besaran. Di bawah visi ambisius Vision 2030, Arab Saudi berupaya melepaskan diri dari ketergantungan pada minyak dan membangun fondasi baru berbasis kecerdasan buatan (AI), teknologi, pariwisata, dan olahraga.
Menteri Investasi Arab Saudi, Khalid Al Falih, mengungkapkan bahwa lebih dari separuh ekonomi negaranya kini sudah tidak lagi bergantung pada minyak. “Persentase ini terus meningkat,” ujarnya dalam pernyataan yang dikutip dari CNBC.
Al Falih menjelaskan, jika sebelumnya hampir seluruh pendapatan pemerintah berasal dari sektor minyak, kini sekitar 40 persen pendapatan negara datang dari sektor non-minyak. “Kami melihat hasil yang luar biasa, tetapi kami belum puas. Kami ingin berbuat lebih banyak. Kami ingin mempercepat diversifikasi dan pertumbuhan kerajaan,” katanya.
AI Jadi Ladang Minyak Baru

Arab Saudi kini menjadikan AI (Artificial Intelligence) sebagai motor utama ekonomi masa depan. Pemerintah menilai AI bukan sekadar tren teknologi, tetapi pilar baru bagi pembangunan nasional.
“Kami akan menjadi investor utama dalam pengembangan aplikasi AI dan model bahasa berskala besar,” ujar Al Falih. Ia menambahkan, kerajaan juga akan membangun pusat data raksasa dengan skala dan biaya kompetitif yang belum pernah dicapai di negara lain.
“AI telah muncul dalam tiga, empat tahun terakhir, dan sudah pasti akan menentukan masa depan ekonomi setiap negara. Mereka yang berinvestasi akan memimpin, dan mereka yang tertinggal akan merugi,” tegasnya.
Pandangan ini mendapat dukungan dari Jonathan Ross, CEO perusahaan chip AI Groq, yang menilai inisiatif Arab Saudi akan memperkuat infrastruktur AI global. Menurutnya, surplus energi Arab Saudi menjadi modal besar untuk mendukung pembangunan pusat data berskala masif.
Laporan lembaga konsultan global PwC (PricewaterhouseCoopers) memperkirakan, penerapan teknologi AI dapat memberi tambahan nilai ekonomi lebih dari USD 135 miliar (sekitar Rp2.100 triliun) bagi Arab Saudi pada tahun 2030. Angka itu menunjukkan seberapa serius dampak teknologi ini terhadap transformasi ekonomi negara tersebut.
Dari Minyak ke Otak Buatan
Transformasi Arab Saudi bukan sekadar perubahan ekonomi, tetapi juga perubahan paradigma. Negara yang dulu menggantungkan diri pada sumber daya alam kini berpindah ke sumber daya digital.
Dengan kombinasi modal besar, surplus energi, dan kebijakan investasi agresif, kerajaan itu tengah berusaha menjadikan AI sebagai ladang minyak baru.















