Harian Masyarakat | Microsoft resmi memangkas akses sebagian unit militer Israel ke layanan cloud Azure. Langkah ini diambil setelah penyelidikan internal dan eksternal menemukan bukti kuat bahwa teknologi mereka dipakai untuk pengawasan massal terhadap warga Palestina.
Presiden Microsoft, Brad Smith, menegaskan bahwa perusahaan tidak pernah menyediakan teknologi untuk memfasilitasi pengintaian warga sipil. “Kami tidak menyediakan teknologi untuk memfasilitasi pengawasan massal terhadap warga sipil,” tulis Smith dalam email internal yang dipublikasikan pada Kamis, 25 September 2025.
Meski begitu, Smith memastikan pembatasan ini tidak memengaruhi kerja sama MS dalam bidang keamanan siber dengan Israel maupun negara lain di Timur Tengah.
Investigasi Guardian: “Sejuta Panggilan per Jam”
Investigasi The Guardian, bersama +972 Magazine dan Local Call, mengungkap bahwa Unit 8200, badan intelijen elite Israel, memanfaatkan Azure untuk menyimpan dan menganalisis panggilan telepon serta pesan warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat.
- Data hasil sadapan disimpan di pusat data Microsoft di Belanda, mencapai 8.000 terabita.
- Sistem mampu menyimpan hingga satu juta panggilan per jam.
- Analisis data dilakukan dengan kecerdasan buatan (AI), lalu digunakan untuk menentukan target serangan udara.
Salah satu AI yang digunakan adalah Lavender. Laporan +972 Magazine pada April 2024 menyebut Lavender menandai 37.000 orang Palestina beserta alamat rumah mereka dalam beberapa pekan pertama serangan Israel ke Gaza. Data itu kemudian dijadikan dasar serangan drone pada malam hari, yang sering menewaskan keluarga dan anak-anak.
Pertemuan Rahasia dengan Microsoft
Laporan Guardian juga mengungkap pertemuan rahasia pada 2021 di Seattle antara Komandan Unit 8200, Brigadir Jenderal Yossi Sariel, dan CEO Microsoft Satya Nadella.
Dalam pertemuan itu, Sariel mengusulkan penyimpanan 70 persen data intelijen Unit 8200 di Azure. Dokumen internal MS menyebut kerja sama ini untuk memperkuat citra Microsoft di bidang keamanan dan intelijen.
Namun, setelah laporan investigasi dipublikasikan pada Agustus 2025, Unit 8200 segera memindahkan sebagian besar datanya dari Azure, diduga beralih ke Amazon Web Services (AWS).
Microsoft Tekan Rem, Aktivis Tekan Gas
Langkah Microsoft memutus sebagian layanan Unit 8200 disambut campur aduk.
- Aktivis internal seperti Hossam Nasr menyebutnya kemenangan kecil. Namun, ia menegaskan mayoritas kontrak MS dengan militer Israel tetap berjalan.
- Kelompok No Azure for Apartheid menuntut penghentian total kontrak dengan militer Israel, bukan hanya pembatasan parsial.
- Organisasi HAM internasional menilai pemangkasan layanan belum cukup untuk menghentikan pelanggaran hak sipil Palestina.
Protes karyawan juga muncul di kantor pusat Microsoft AS dan pusat data di Eropa.
Konflik Kepentingan di Kantor Microsoft Israel
Sejumlah eksekutif Microsoft mempertanyakan loyalitas staf di kantor Israel. Banyak di antara mereka pernah atau masih menjadi personel cadangan Unit 8200. Situasi ini menimbulkan keraguan apakah informasi soal proyek militer disampaikan transparan ke kantor pusat.
Audit independen pun dilakukan oleh firma hukum Covington & Burling. Temuan awal mendukung laporan media bahwa Israel melanggar aturan penggunaan Azure.
Konteks Perang Gaza dan Tuduhan Genosida
Penggunaan teknologi MS oleh militer Israel terjadi dalam konteks perang Gaza yang telah menewaskan lebih dari 65.000 warga Palestina, mayoritas sipil. Komisi penyelidikan PBB menyimpulkan Israel melakukan genosida, meski ditolak Israel.
Microsoft menjadi perusahaan teknologi AS pertama yang diketahui menghentikan sebagian layanan untuk militer Israel sejak serangan besar ke Gaza dimulai pada 2023.
Dampak Geopolitik: AS, TikTok, dan Narasi Israel
Skandal Microsoft terjadi bersamaan dengan isu lain: pengaruh Israel dalam kendali narasi digital.
Donald Trump baru saja memerintahkan ByteDance melepas TikTok AS kepada konsorsium investor Amerika yang dipimpin Oracle. Pemilik Oracle, Larry Ellison, dikenal dekat dengan PM Israel Benjamin Netanyahu dan pernah menyumbang 16,6 juta dolar AS ke Friends of the Israel Defense Forces (FIDF).
WikiLeaks menyebut akuisisi ini sebagai upaya miliarder pro-Israel mengendalikan narasi publik lewat “Israelisasi algoritma TikTok”. Kritik menyebut algoritma bisa diarahkan agar lebih ramah pada Israel dan membatasi konten pro-Palestina.
Tekanan Publik dan Masa Depan Microsoft
Keputusan Microsoft memangkas akses Unit 8200 menambah tekanan global terhadap perusahaan teknologi yang terlibat dalam operasi militer Israel.
Namun, aktivis menegaskan langkah ini belum cukup. Tuntutan utama tetap sama: hentikan semua kontrak militer sampai ada jaminan produk teknologi tidak dipakai untuk penyadapan massal maupun serangan yang menargetkan warga sipil.