Harian Masyarakat | Fenomena kecacingan kembali menyita perhatian publik setelah kasus serius menimpa anak-anak di Sukabumi, Jawa Barat, dan Kabupaten Seluma, Bengkulu. Kondisi ini membuat sebagian masyarakat panik dan berbondong-bondong membeli obat cacing. Bahkan, tren ini juga merambah kalangan remaja hingga Gen Z yang takut ketinggalan momen (fear of missing out/FOMO).
Namun, para ahli memperingatkan bahwa minum obat cacing tanpa indikasi medis justru berbahaya. Guru Besar Parasitologi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. E. Elsa Herdiana Murhandarwati, menegaskan bahwa konsumsi obat cacing harus dilakukan dengan benar dan sesuai kebutuhan.
Risiko FOMO Minum Obat Cacing Tanpa Indikasi Medis
Mengonsumsi obat cacing secara sembarangan dapat menimbulkan berbagai masalah:
- Gangguan flora usus – obat cacing bisa merusak keseimbangan bakteri baik dalam sistem pencernaan.
- Resistensi obat – penggunaan berlebihan membuat cacing berpotensi kebal, sehingga pengobatan di masa depan menjadi lebih sulit.
- Rasa aman semu – masyarakat bisa salah kaprah merasa terlindungi hanya karena minum obat, padahal kebersihan dan sanitasi tetap terabaikan.
“Walaupun obat cacing itu aman efek sampingnya, kalau tidak ada cacingnya buat apa? Ini merugikan tubuh kita. Orang mungkin merasa sudah terlindungi hanya dengan minum obat, tetapi sebenarnya palsu. Faktor kebersihan dan sanitasi jauh lebih penting,” kata Prof. Elsa (18/9/2025).
Kapan Obat Cacing Diperlukan?
Obat cacing tetap dibutuhkan, tetapi hanya dalam kondisi yang tepat. Pemerintah memiliki Program Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) untuk menekan prevalensi kecacingan di wilayah berisiko.
- Sasaran utama: anak-anak usia 1–12 tahun.
- Frekuensi pemberian: dua kali setahun dengan interval 6 bulan.
- Tujuan: menurunkan angka kecacingan hingga di bawah 10 persen.
Prof. Elsa menekankan bahwa kecacingan adalah masalah komunitas, bukan individu. Tanpa perbaikan sanitasi dan perilaku hidup bersih, reinfeksi bisa terus terjadi meski sudah minum obat.
Siapa Saja yang Bisa Terinfeksi Cacing?
Banyak orang menganggap kecacingan hanya menyerang anak-anak, padahal orang dewasa juga berisiko. Beberapa kebiasaan yang bisa memicu infeksi antara lain:
- Tidak mencuci tangan sebelum makan.
- Mengonsumsi makanan mentah atau tidak higienis.
- Tidak memakai alas kaki.
- Membuang sampah sembarangan.
- Menggunakan jamban yang tidak layak.
“Orang dewasa risiko kena cacing lebih rendah, tetapi kalau dia orang yang asimtomatik (tidak ada gejala), dia bisa jadi potensi sumber penularan karena tetap mengeluarkan telur yang infeksius ke lingkungannya,” jelas Prof. Elsa.
Dampak Serius Infeksi Cacing
Infeksi cacing bukan masalah sepele. Jika tidak ditangani, dampaknya bisa sangat serius:
- Gangguan pencernaan: sakit perut, diare, hingga cacing keluar lewat mulut atau hidung.
- Komplikasi berat: sumbatan usus dan sepsis yang bisa menyebabkan kegagalan organ.
- Masalah gizi: penurunan nafsu makan, gizi buruk, bahkan stunting pada anak.
“Cacing bisa menurunkan nafsu makan anak dan menghambat pertumbuhan. Kondisi ini dapat berujung pada gizi buruk kronis dan berimplikasi pada kualitas hidup jangka panjang,” ujar Elsa.
Kasus Nyata: Dua Balita di Bengkulu
Kasus memprihatinkan terjadi pada dua balita kakak-adik di Kabupaten Seluma, Bengkulu. Sang adik, Ka (1 tahun 8 bulan), mengalami demam dan batuk yang tak kunjung sembuh hingga akhirnya diketahui menderita cacingan parah. Saat dirawat, cacing keluar dari mulut dan hidungnya. Kakaknya, Aa (4), juga didiagnosis dengan bercak telur dan larva cacing di paru-parunya.
Dokter menyatakan cacing di tubuh mereka sudah tidak bisa dikeluarkan secara normal karena ukurannya terlalu besar, sehingga perlu tindakan operasi. Kedua anak kemudian dirujuk ke rumah sakit besar di Kota Bengkulu.
Kasus ini juga membuka mata pemerintah tentang pentingnya perbaikan lingkungan. Kemenko PMK bersama Baznas dan BKKBN langsung melakukan langkah nyata berupa bedah rumah, perbaikan sanitasi, dan pemberian orang tua asuh bagi kedua anak tersebut.
Pencegahan Lebih Utama dari Obat
Kunci utama melawan kecacingan bukan sekadar obat, melainkan pencegahan kolektif. Langkah-langkah sederhana yang bisa dilakukan masyarakat antara lain:
- Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan.
- Selalu memakai alas kaki.
- Menggunakan jamban yang bersih dan layak.
- Tidak membuang sampah sembarangan.
- Memastikan makanan matang sempurna dan higienis.
Prof. Elsa menegaskan, “Kecacingan adalah masalah komunitas, bukan hanya individu. Upaya pencegahannya harus kolektif, dimulai dari rumah hingga lingkungan.”