Harian Masyarakat | Sepekan setelah wafat di Rusia, jenazah pesenam artistik Indonesia, Naufal Takdir Al Bari, akhirnya tiba di Tanah Air pada Kamis (2/10/2025) malam. Jenazah mendarat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, sekitar pukul 18.57 WIB menggunakan pesawat Turkish Airlines TK56.
Setibanya di Terminal Kargo Jenazah, jenazah langsung dibawa ke Human Remains Transit Lounge untuk dilakukan shalat jenazah. Proses serah terima dari pemerintah kepada Federasi Gimnastik Indonesia (FGI) berlangsung dengan penuh duka. Setelah itu, jenazah diserahkan ke keluarga untuk diterbangkan ke Gresik, Jawa Timur, pada Jumat (3/10/2025) pagi.
View this post on Instagram
Kepergian Tragis di Rusia
Naufal Takdir meninggal dunia pada Kamis (25/9/2025) setelah menjalani perawatan intensif selama 12 hari di Rumah Sakit G.A. Zakharyin, Penza, Rusia. Atlet berusia 19 tahun itu mengalami cedera leher parah ketika gagal mendarat dalam latihan di palang tunggal di The Palace of Sport Training Center Burtasy, Penza, pada 13 September 2025.
Menurut laporan media Rusia, Naufal terjatuh ke dalam lubang berisi busa. Meski segera dilarikan ke rumah sakit, nyawanya tak tertolong. Komite Investigasi Rusia kemudian membuka kasus pidana terkait dugaan layanan yang tidak aman di pusat latihan tersebut. Penyidikan difokuskan pada kondisi teknis peralatan olahraga dan kualitas layanan yang diberikan staf.

Duka dan Penghormatan di Bandara
Saat jenazah tiba di Indonesia, suasana bandara dipenuhi isak tangis. Sejumlah tokoh hadir memberi penghormatan terakhir, di antaranya Ketua Umum FGI Ita Yuliati, Ketua KONI Pusat Marciano Norman, pejabat Kemenpora, hingga Kementerian Luar Negeri.
Ita Yuliati menegaskan Naufal Takdir adalah sosok atlet muda yang santun dan gigih. “Almarhum Naufal merupakan sosok anak yang baik, sangat patuh dan hormat kepada orangtuanya. Insya Allah, almarhum meninggal dalam keadaan husnul khotimah,” ujarnya.

Marciano Norman menyebut Naufal sebagai pahlawan olahraga. “Naufal menyerahkan jiwa dan raganya untuk negara. Naufal Takdir pahlawan kita, kebanggaan kita. Semoga pengorbanannya memotivasi atlet gimnastik Indonesia untuk terus berprestasi,” katanya.
Pemerintah juga memberikan santunan lebih dari Rp200 juta untuk keluarga sebagai bentuk perhatian atas dedikasi Naufal.

Penghormatan Dunia Gimnastik
Yang paling mengharukan adalah kehadiran Presiden Federasi Gimnastik Internasional (FIG), Morinari Watanabe. Ia menyematkan pin Olimpiade miliknya ke foto Naufal yang diletakkan di atas peti jenazah. “Al Bari punya bakat besar dan keinginan kuat. Dia siap untuk Olimpiade. Saya yakin Al Bari akan selalu dikenang dalam dunia gimnastik,” ucap Watanabe.

Menurut Ita Yuliati, Naufal bahkan sudah diberi penghormatan khusus oleh FIG sebagai calon olimpian. “Mr. Watanabe sudah menyematkan 5 ring Olimpiade kepada Naufal. Cita-citanya menjadi olimpian sudah tercapai,” kata Ita.
Cita-cita yang Terhenti
Naufal Takdir adalah bagian dari skuad Indonesia yang menjalani pemusatan latihan di Rusia sejak awal September 2025. Ia diproyeksikan tampil di Kejuaraan Dunia Senam Artistik 2025 di Jakarta dan SEA Games Thailand 2025, bahkan dipersiapkan menuju Olimpiade Los Angeles 2028.
Ironisnya, ia pulang ke Indonesia bukan untuk bertanding di kejuaraan dunia, melainkan untuk dimakamkan di tanah kelahirannya. Teman-teman sesama pesenam yang masih bertanding di Hungaria mengaku sangat terpukul. “Rasanya kacau sekali, tapi kami harus tetap fokus. Kami akan lanjut berjuang di Kejuaraan Dunia demi Naufal,” kata pesenam Satria Tri Wira Yudha.
Warisan Semangat Naufal Takdir

Bagi dunia gimnastik Indonesia, kepergian Naufal bukan sekadar kehilangan seorang atlet berbakat, tetapi juga simbol pengorbanan. Ia dipandang sebagai teladan generasi muda yang berjuang total demi negara.
FGI menegaskan, semangat Naufal akan terus hidup dan menjadi warisan untuk memotivasi atlet-atlet lain. Sementara itu, penyelidikan di Rusia masih berjalan untuk mengungkap detail kecelakaan yang merenggut nyawanya.
Jenazah Naufal Takdir kini akan dikebumikan di Gresik, Jawa Timur. Tangis keluarga, sahabat, dan bangsa yang ia banggakan mengiringi kepulangannya.


 
                                    












