Harian Masyarakat | Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau United Nations Human Rights Council (UNHRC) mengeluarkan pernyataan resmi yang menyoroti maraknya kekerasan aparat keamanan Indonesia dalam penanganan demonstrasi beberapa hari terakhir.
Pernyataan Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa dapat dibaca di sini.
Dewan HAM PBB menyatakan pihaknya tengah mengikuti secara dekat perkembangan situasi di Indonesia, khususnya terkait aksi protes nasional menentang tunjangan parlemen, kebijakan penghematan, serta dugaan penggunaan kekuatan yang tidak perlu dan berlebihan oleh aparat.
“Otoritas harus menjamin hak masyarakat untuk berkumpul secara damai dan menyampaikan pendapat, sembari menjaga ketertiban sesuai norma dan standar internasional,” tulis pernyataan tersebut.

PBB Minta Investigasi Transparan
Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa menegaskan semua aparat, termasuk militer yang dilibatkan dalam operasi pengamanan, wajib menaati prinsip dasar penggunaan kekuatan dan senjata api oleh penegak hukum.
Lembaga internasional itu mendesak agar pemerintah Indonesia segera melakukan penyelidikan yang cepat, menyeluruh, dan transparan terhadap semua dugaan pelanggaran HAM, terutama yang berkaitan dengan penggunaan kekerasan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa juga menekankan pentingnya kebebasan pers dalam meliput kejadian di lapangan tanpa intimidasi maupun hambatan dari pihak berwenang.
Gelombang Kekerasan di Berbagai Daerah
Dalam beberapa hari terakhir, aparat Indonesia menuai kritik tajam setelah sejumlah aksi protes mahasiswa dan warga berakhir dengan kekerasan.
Di Bandung, aparat bersenjata menyerbu kampus Universitas Islam Bandung (Unisba) dan Universitas Pasundan (Unpas). Banyak mahasiswa melaporkan tindakan pemukulan, penangkapan sewenang-wenang, hingga penggunaan gas air mata di dalam area kampus.
Di Jakarta dan sejumlah kota lain, bentrokan juga pecah akibat tindakan represif aparat. Sejumlah korban luka dilaporkan, sementara berbagai video yang beredar menunjukkan polisi menendang, memukul, dan menyeret demonstran.
Kematian seorang mahasiswa, Rheza, dalam aksi protes di Makassar juga memicu gelombang duka sekaligus amarah publik. Banyak pihak menilai aparat gagal mengedepankan pendekatan persuasif dan justru memperburuk situasi dengan cara-cara brutal.
Tekanan Internasional Menguat
Pernyataan Perserikatan Bangsa-Bangsa ini menambah tekanan internasional terhadap pemerintah Indonesia agar segera menghentikan kekerasan aparat dan mengutamakan dialog dengan rakyat.
Sejumlah organisasi masyarakat sipil menilai langkah Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai sinyal kuat bahwa pelanggaran HAM di Indonesia tidak luput dari perhatian dunia. Mereka mendesak agar Presiden dan jajaran terkait segera mengambil tindakan tegas untuk menghentikan praktik represif, menghormati kebebasan sipil, dan mengusut tuntas semua kasus kekerasan.