Harian Masyarakat | Topan Ragasa menjadi badai tropis terkuat di dunia pada tahun 2025. Dengan kecepatan angin mencapai 215–295 kilometer per jam, Topan Ragasa sempat masuk kategori badai super (setara kategori 5 pada skala Saffir-Simpson) sebelum sedikit melemah menjadi kategori 4 saat bergerak meninggalkan Filipina menuju Laut China Selatan.
Badai ini dijuluki “Raja Badai” oleh otoritas meteorologi China karena potensi daya rusaknya yang sangat besar. Para ilmuwan menegaskan bahwa perubahan iklim akibat ulah manusia membuat badai tropis semakin kuat dan sering terjadi.
Jejak Kehancuran di Filipina
Topan Ragasa, yang dikenal secara lokal sebagai Nando, pertama kali menghantam Filipina bagian utara pada Senin, 22 September 2025. Hantaman angin kencang dan hujan deras menyebabkan banjir bandang serta longsor di beberapa provinsi, termasuk Cagayan, Batanes, Ilocos Norte, dan Ilocos Sur.
- Korban jiwa: sedikitnya tiga orang tewas dan lima orang dilaporkan hilang.
- Pengungsian: lebih dari 17.500 warga mengungsi, termasuk 8.200 orang di Cagayan dan 1.220 di Apayao.
- Kerusakan: atap sekolah di Pulau Calayan beterbangan dan menimpa pusat evakuasi, listrik padam di Apayao, serta ribuan rumah terendam banjir.
Presiden Ferdinand Marcos Jr menangguhkan sekolah dan kantor pemerintahan di Manila serta 29 provinsi lain. Ribuan penerbangan domestik juga dibatalkan.
Ironisnya, badai ini datang sehari setelah ribuan warga Filipina memprotes dugaan korupsi proyek pengendalian banjir senilai 118,5 miliar peso yang disebut tidak pernah terealisasi.
Taiwan Bersiap Hadapi Ragasa
Meski pusat badai tidak langsung melintasi Taiwan, wilayah selatan dan timur tetap terdampak. Pemerintah Taiwan mengevakuasi lebih dari 7.600 orang dari pegunungan rawan longsor di Taitung dan Pingtung. Pulau Orchid dan Pulau Green yang terpencil ditutup, sementara penerbangan, feri, dan layanan kereta dihentikan.
Topan Ragasa memicu hujan ekstrem dengan curah hujan mencapai hampir 60 sentimeter di wilayah pegunungan timur. Setidaknya 25 orang dilaporkan terluka, lebih dari 7.000 orang mengungsi, dan beberapa daerah mengalami tanah longsor yang menutup akses jalan dan merusak jembatan.
Hong Kong: Kota Finansial Lumpuh
Hong Kong berada di jalur langsung badai dan bersiap menghadapi ancaman serius yang disamakan dengan Topan Hato (2017) dan Mangkhut (2018).
- Peringatan: Observatorium Hong Kong menaikkan sinyal badai ke level 8, dua tingkat di bawah peringatan maksimum (T10).
- Transportasi: lebih dari 500 penerbangan Cathay Pacific dibatalkan, total lebih dari 700 penerbangan terganggu. Bandara tetap beroperasi, tetapi terjadi kekacauan karena ribuan penumpang terlantar.
- Kehidupan sehari-hari: sekolah ditutup, bisnis berhenti, konferensi internasional dipindahkan daring, Disneyland ditutup, bahkan balapan kuda dibatalkan.
- Kesiapan warga: supermarket diserbu warga yang memborong makanan. Banyak rumah dan toko menempelkan tanda silang besar di jendela kaca, meskipun ahli meteorologi menilai langkah itu tidak efektif.
Observatorium Hong Kong memperingatkan potensi gelombang laut setinggi 4–5 meter di pesisir, mirip dengan saat Mangkhut yang menyebabkan kerugian miliaran dolar AS.

Macao: Kasino Tutup, Evakuasi Disiapkan
Macao, pusat perjudian dunia, juga terdampak langsung. Semua sekolah ditutup, kepolisian menyiapkan rencana evakuasi, dan kasino dipaksa berhenti beroperasi mulai Selasa sore. Pemerintah Macao memperingatkan penduduk di dataran rendah agar bersiap menghadapi banjir besar.
Guangdong, China: Evakuasi Massal
China Daratan bersiap menghadapi pukulan utama dari Topan Ragasa. Badan Meteorologi Nasional China memprediksi badai akan mendarat di pesisir antara Shenzhen dan Xuwen, Provinsi Guangdong, pada Rabu siang hingga malam.
- Evakuasi: lebih dari 370.000 orang di Guangdong dipindahkan, termasuk 400.000 di Shenzhen.
- Penutupan besar-besaran: sekolah, kantor, pabrik, dan transportasi dihentikan di Shenzhen, Guangzhou, Zhuhai, Foshan, dan kota-kota besar lain.
- Transportasi: Bandara Shenzhen ditutup sejak Selasa malam, ratusan penerbangan dibatalkan, layanan kereta dihentikan.
- Persiapan darurat: 800 lebih tempat penampungan disiapkan, rumah-rumah diperkuat dengan karung pasir, pohon-pohon besar ditebang untuk mencegah tumbang.
Ketua Partai Komunis Guangdong, Huang Kunming, menginstruksikan seluruh wilayah “memasuki keadaan darurat penuh dan siap perang” melawan badai.
Dampak Ekonomi dan Regional
Guangdong adalah pusat manufaktur terbesar di China. Ribuan pabrik harus menghentikan operasi, yang berpotensi mengganggu rantai pasok global. Di Hong Kong, bankir harus mempercepat penandatanganan dokumen fisik agar transaksi tetap berjalan.
Bursa Efek Hong Kong tetap buka karena kebijakan baru, meski transportasi lumpuh. Namun, aktivitas bisnis secara umum berhenti, menambah tekanan pada perekonomian regional.
Setelah melewati China, Topan Ragasa diperkirakan bergerak ke arah barat menuju Vietnam dan Laos. Pemerintah Vietnam sudah menyiapkan lebih dari 300.000 personel militer, 8.000 kendaraan, dan enam pesawat untuk menghadapi badai.
Topan Ragasa, Peringatan dari Alam
Topan Ragasa bukan sekadar badai besar, tetapi juga pengingat keras tentang kerentanan wilayah Asia Timur dan Tenggara terhadap perubahan iklim. Badai tropis semakin sering, semakin kuat, dan semakin menghancurkan, menimbulkan kerugian ekonomi miliaran dolar serta risiko besar bagi jutaan nyawa.
Para ahli menegaskan satu hal:
“Satu-satunya yang bisa menghentikan badai ini hanyalah daratan.”