spot_img

Gempa Padang 2009: Luka Lama, Pelajaran Abadi untuk Masa Depan

Harian Masyarakat | Pada 30 September 2009 pukul 17.16 WIB, gempa bermagnitudo 7,6 mengguncang Sumatera Barat. Episentrum berada 57 km barat daya Pariaman dengan kedalaman 71 km. Hanya sehari kemudian, gempa susulan berkekuatan 6,8 kembali mengguncang di Sungaipenuh, Jambi.

Dampak gempa Padang begitu besar. Data resmi mencatat lebih dari 1.100 orang meninggal. Sebagian laporan menyebut korban jiwa mencapai 2.000 hingga lebih dari 6.000 orang. Ribuan lainnya luka berat maupun ringan. Lebih dari 135 ribu rumah rusak berat, puluhan ribu lainnya rusak sedang hingga ringan. Total kerugian diperkirakan mencapai Rp 22 triliun.

Wilayah yang terdampak parah meliputi Padang, Padang Pariaman, Pariaman, Bukittinggi, Padangpanjang, Pesisir Selatan, Agam, Pasaman Barat, hingga Solok. Bandara Internasional Minangkabau sempat ditutup karena kerusakan. Hotel, sekolah, dan fasilitas publik runtuh. Akses jalan terputus dan komunikasi lumpuh.

gempa padang 2009

Evakuasi berjalan lambat karena keterbatasan sarana dan terhambatnya akses. Namun, di tengah keterpurukan, muncul solidaritas. Tim SAR, relawan, dan warga bahu-membahu mengevakuasi korban dari reruntuhan.

Trauma Sosial dan Ekonomi

Selain korban jiwa, dampak sosial-ekonomi juga besar. Banyak anak kehilangan keluarga. Trauma psikologis menghantui masyarakat bertahun-tahun.

Sektor ekonomi terpukul, terutama pariwisata, perhotelan, dan restoran. Beberapa penelitian mencatat perubahan interaksi sosial. Namun, muncul pula kemandirian baru dan diversifikasi mata pencaharian masyarakat.

Catatan Penting dari BNPB

Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto menegaskan, bencana seperti gempa tidak pernah datang tiba-tiba. Ia selalu berulang. Gempa Padang punya siklus 50–100 tahun. Indonesia sendiri berada di jalur rawan gempa dengan 81 persen wilayahnya rentan.

gempa padang 2009
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto

 

Menurut Suharyanto, dari 135 ribu rumah yang rusak berat pada gempa Padang, 80 persen roboh karena tidak tahan gempa. Rehabilitasi pascagempa membangun lebih dari 100 ribu rumah tahan gempa.

Namun, masalah serupa masih berulang. Gempa Cianjur 2022 (M 5,6) merobohkan 90 ribu rumah, 37 persen di antaranya sekolah. Artinya, pembangunan rumah dan fasilitas publik tahan gempa masih belum maksimal.

“Respons darurat harus cepat. Namun yang lebih penting, mitigasi harus diperkuat,” ujar Suharyanto.

Mitigasi dan Standar Bangunan Tahan Gempa

Kementerian Pekerjaan Umum bersama BMKG, akademisi, dan BNPB membentuk Pusat Studi Gempa Nasional (PuSGeN). Dari hasil kajian, lahirlah SNI 1726:2019 sebagai standar bangunan tahan gempa.

Sayangnya, masih banyak bangunan di Indonesia yang tidak mengacu pada standar ini. Wakil Menteri PUPR Diana Kusumastuti menegaskan perlunya retrofitting atau perkuatan bangunan, khususnya di daerah ring of fire.

Kearifan lokal juga berperan. Rumah gadang di Minangkabau dan Omo Hada di Nias terbukti tahan gempa. “Kearifan lokal bisa digabung dengan sains dan teknologi untuk mengurangi risiko bencana,” kata Suharyanto.

gempa padang 2009
Tentara AS menurunkan bantuan untuk didistribusikan ke korban gempa Padang 2009.

Kerja Sama Internasional

Dalam peringatan 16 tahun Gempa Padang, Universitas Andalas menggelar konferensi internasional ICDMM 2025. Hadir pula Dubes Australia untuk Indonesia, Roderick Brazier.

Australia sejak lama membantu Indonesia dalam bencana, dari tsunami Aceh 2004 hingga gempa Padang 2009. Sebaliknya, Indonesia membantu Australia saat kebakaran hebat 2019–2020.

Menurut Brazier, kini kerja sama lebih fokus pada penguatan kapasitas teknis dan mitigasi, bukan sekadar tanggap darurat. “Australia berkomitmen memperdalam kolaborasi dengan Indonesia dalam ketahanan bencana dan pemberdayaan masyarakat,” ujarnya.

Komitmen Akademisi

Rektor Universitas Andalas, Efa Yonnedi, menegaskan Unand berkomitmen menjadi pusat keunggulan studi kebencanaan. Tahun 2025, Unand membuka program magister manajemen bencana.

Konferensi ICDMM bukan sekadar seremoni. Tujuannya memperkuat pengetahuan, riset, dan strategi mitigasi agar dampak bencana di masa depan dapat diminimalkan.

gempa padang 2009

Pelajaran Penting untuk Indonesia

Gempa Padang 2009 meninggalkan luka mendalam sekaligus pelajaran besar:

  • Bangunan tahan gempa bukan pilihan, melainkan kebutuhan mendesak.
  • Respons cepat sangat krusial pada jam-jam awal pascabencana.
  • Edukasi kesiapsiagaan harus diwariskan lintas generasi.
  • Kearifan lokal bisa diintegrasikan dengan teknologi modern.
  • Kolaborasi nasional dan internasional harus terus diperkuat.

Enam belas tahun berlalu, memori kelam itu tetap menjadi pengingat. Indonesia tidak bisa menghindari gempa, tetapi bisa mengurangi dampaknya. Kesiapsiagaan adalah kunci agar tragedi seperti 2009 tidak lagi menelan korban sebesar itu.

Trending Topic

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Related news