Harian Masyarakat | Penelitian baru mengungkap hubungan mengejutkan antara kecepatan gigi copot pada usia lanjut dan risiko kematian. Studi berskala besar yang dilakukan peneliti dari Sichuan University, China, menunjukkan bahwa semakin cepat seseorang kehilangan gigi di usia tua, semakin tinggi pula risiko meninggal dunia, terlepas dari berapa banyak gigi yang dimiliki sebelumnya.
Gigi Copot Cepat, Risiko Kematian Naik
Penelitian yang dipublikasikan di jurnal BMC Geriatrics pada 10 Oktober itu melibatkan 8.073 peserta lansia dengan median usia 83 tahun (kisaran 73–91 tahun). Dari jumlah tersebut, 46,6 persen adalah pria. Selama masa pemantauan rata-rata 3,5 tahun, sebanyak 64,1 persen peserta meninggal dunia.
Para peneliti menggunakan data dari Chinese Longitudinal Healthy Longevity Survey (CLHLS), salah satu studi longitudinal terbesar di dunia tentang populasi lanjut usia. Mereka mengukur jumlah gigi alami peserta dalam dua survei berbeda. Berdasarkan hasil pengukuran itu, tingkat gigi copot per tahun dihitung dan peserta dibagi menjadi empat kelompok:
- Stabil: tidak ada gigi yang hilang per tahun
- Lambat: hilang kurang dari dua gigi per tahun
- Sedang: hilang dua hingga kurang dari empat gigi per tahun
- Cepat: hilang empat gigi atau lebih per tahun

Analisis menggunakan metode Cox regression menunjukkan hubungan linier yang kuat antara kecepatan gigi copot dan risiko kematian. Dibandingkan dengan kelompok stabil, risiko kematian meningkat sebesar:
- 11 persen pada kelompok kehilangan lambat
- 20 persen pada kelompok kehilangan sedang
- 33 persen pada kelompok kehilangan cepat
Secara rata-rata, setiap tambahan satu gigi copot per tahun meningkatkan risiko kematian sebesar 4 persen.
Bukan Sekadar Masalah Mulut
Peneliti menegaskan bahwa kehilangan gigi tidak secara langsung menyebabkan kematian. Namun, kondisi kesehatan yang memicu gigi rontok bisa memperpendek umur. Masalah seperti peradangan kronis, gizi buruk, obesitas, stres psikologis, dan penyakit sistemik lain sering berjalan seiring dengan penurunan kesehatan gigi.
“Di kalangan lansia, risiko kematian meningkat secara signifikan seiring dengan percepatan kehilangan gigi, tanpa memandang jumlah gigi awal,” tulis para peneliti.
Mereka juga menjelaskan bahwa gigi copotcepat bisa menjadi sinyal penurunan kesehatan tubuh secara umum. Ketika seseorang kehilangan banyak gigi, kemampuan mengunyah menurun. Akibatnya, asupan nutrisi berkurang dan tubuh kekurangan zat penting untuk menjaga daya tahan dan metabolisme.

Dampak Lebih Luas dari Sekadar Estetika
Gigi copot bukan hanya memengaruhi kemampuan makan, tapi juga berdampak pada kualitas hidup, interaksi sosial, hingga kondisi mental. Banyak lansia yang mengalami penarikan diri dari lingkungan sosial karena merasa malu atau kesulitan berbicara dengan jelas.
Selain itu, berbagai studi sebelumnya sudah menunjukkan hubungan antara kesehatan mulut dan risiko penyakit jantung, demensia, hingga kanker paru dan pneumonia. Laporan WHO tahun 2022 bahkan menyebut hampir 3,5 miliar orang di dunia mengalami penyakit gigi atau mulut, dengan kehilangan gigi sebagai salah satu masalah paling umum.
Pentingnya Perawatan Gigi Sejak Dini
Hasil penelitian ini menegaskan perlunya perhatian lebih pada kesehatan mulut, terutama di usia lanjut. Peneliti menilai, memantau laju kehilangan gigi bisa menjadi indikator penting kondisi kesehatan umum seseorang.
Langkah sederhana seperti:
- Menyikat gigi dua kali sehari
- Rutin periksa ke dokter gigi
- Menghindari rokok dan alkohol dapat membantu menjaga gigi tetap kuat dan menurunkan risiko kehilangan gigi yang cepat.
Pemeriksaan rutin juga memungkinkan dokter mendeteksi dini penurunan kondisi gigi, menawarkan solusi seperti gigi tiruan, dan memberikan edukasi terkait pola makan sehat.
Peringatan bagi Tenaga Kesehatan dan Masyarakat

Para peneliti menyarankan agar tenaga kesehatan menjadikan kecepatan kehilangan gigi sebagai indikator tambahan dalam pemeriksaan lansia. Dengan memantau perubahan jumlah gigi setiap tahun, tenaga medis bisa menilai potensi penurunan kesehatan tubuh secara menyeluruh.
“Temuan ini menyoroti pentingnya memantau progres kehilangan gigi,” tulis tim peneliti. “Tenaga kesehatan dan masyarakat perlu menyadari dampak negatif dari percepatan kehilangan gigi terhadap prognosis kesehatan.”
Inovasi untuk Masa Depan
Penelitian terkait gigi tiruan dan teknologi penggantian gigi juga terus berkembang. Dalam beberapa tahun terakhir, ilmuwan berhasil menumbuhkan gigi sintetis di laboratorium dan sedang menguji obat perangsang pertumbuhan gigi baru.
Jika teknologi ini berhasil diterapkan, masa depan perawatan gigi bisa berubah drastis. Tidak hanya sekadar menambal atau mencabut, tapi benar-benar mengganti gigi yang hilang dengan jaringan baru yang tumbuh alami.
Studi ini membuka pandangan baru tentang pentingnya kesehatan gigi bagi umur panjang. Kecepatan gigi copot di usia lanjut bukan sekadar urusan estetika, melainkan sinyal bahaya kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Merawat gigi berarti merawat tubuh. Semakin cepat kamu kehilangan gigi, semakin penting bagi kamu untuk memeriksakan kesehatan secara menyeluruh, karena bisa jadi tubuh sedang memberi peringatan lebih besar daripada yang terlihat di cermin.















