spot_img

Aktivis Greta Thunberg Disiksa di Tahanan Israel Usai Gabung Global Sumud Flotilla

Harian Masyarakat | Greta Thunberg, aktivis lingkungan asal Swedia berusia 22 tahun, ditangkap oleh pasukan Israel ketika ikut dalam Gaza Sumud Flotilla, armada berisi lebih dari 40 kapal yang membawa bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Armada ini merupakan bagian dari Global Sumud Coalition, gerakan internasional yang berusaha menembus blokade laut Israel yang telah berlangsung selama 16 tahun.

Pada Kamis malam, pasukan Israel menyerbu seluruh kapal dalam armada tersebut dan menahan lebih dari 450 aktivis, jurnalis, dan anggota parlemen dari berbagai negara, termasuk Turki, Italia, Malaysia, Amerika Serikat, Kuwait, dan Swiss. Mereka kemudian dibawa ke Penjara Ketziot (Ansar III), fasilitas keamanan tinggi di Gurun Negev yang biasanya digunakan untuk menahan tahanan politik Palestina.

Kesaksian Para Aktivis: “Mereka Menyiksa Greta Thunberg”

Setelah dideportasi ke Istanbul, 137 aktivis internasional memberikan kesaksian mengerikan tentang perlakuan yang diterima Greta Thunberg dan para tahanan lainnya.

Jurnalis Turki Ersin Celik, peserta dalam flotilla, mengatakan kepada media lokal:

“Saya melihat sendiri mereka menyiksa Greta Thunberg. Dia diseret di tanah dan dipaksa mencium bendera Israel.”

global sumud flotilla gaza palestina greta thunberg
Greta Thunberg ditahan militer Israel di atas salah satu kapal armada Global Sumud Flotilla.

Aktivis Malaysia Hazwani Helmi dan peserta asal Amerika Windfield Beaver juga menyampaikan kesaksian serupa di Bandara Istanbul.

“Itu bencana. Mereka memperlakukan kami seperti binatang,” kata Helmi.
Ia menambahkan bahwa para tahanan tidak diberi makanan, air bersih, atau obat-obatan.

Beaver mengungkap bahwa Greta didorong dan dijadikan alat propaganda, bahkan dihadapkan langsung dengan Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel, Itamar Ben-Gvir, yang dikenal ekstrem.

“Thunberg diperlakukan sangat buruk dan digunakan sebagai propaganda. Ia didorong ke ruangan saat Ben-Gvir datang,” katanya.

Jurnalis Italia Lorenzo Agostino menambahkan:

“Greta Thunberg, wanita pemberani berusia 22 tahun, dipermalukan. Dia dibungkus bendera Israel dan dipamerkan seperti piala.”

Kondisi Tahanan yang Tidak Manusiawi

Kesaksian lain menggambarkan kondisi tahanan yang mengerikan. Ikbal Gurpinar, presenter TV asal Turki, mengatakan:

“Kami diperlakukan seperti anjing. Kami dibiarkan kelaparan selama tiga hari. Tidak ada air, kami harus minum dari toilet. Cuaca sangat panas dan kami semua kepanasan.”

Aktivis Turki Aycin Kantoglu menceritakan suasana sel penjara yang menakutkan.

“Dinding penjara berlumuran darah. Kami melihat tulisan tangan para tahanan sebelumnya, termasuk ibu-ibu yang menulis nama anak-anak mereka di tembok,” ujarnya.

Menurut laporan NGO hak asasi manusia Adalah, para tahanan dipaksa berlutut dengan tangan diikat selama berjam-jam, dilarang bicara dengan pengacara, serta tidak diberi obat-obatan dan air.

greta thunberg global sumud flotilla gaza palestina

Laporan dari Pemerintah Swedia: Greta Dipaksa Pegang Bendera dan Mengalami Dehidrasi

Dokumen internal Kementerian Luar Negeri Swedia yang diperoleh media Inggris The Guardian mengonfirmasi bahwa Greta Thunberg mengalami perlakuan kasar di penjara Israel. Dalam email resmi, pejabat Kedutaan Swedia yang sempat menemui Greta menulis bahwa:

  • Greta menderita dehidrasi, kekurangan makanan dan air.
  • Ia tidur di lantai keras dan diduga mengalami gatal-gatal akibat kutu kasur.
  • Ia menolak menandatangani dokumen yang tidak dipahami artinya.

Selain itu, seorang tahanan lain melaporkan kepada kedutaan bahwa Greta dipaksa memegang beberapa bendera untuk difoto, diduga untuk tujuan propaganda.

Pelecehan di Hadapan Menteri Ben-Gvir

Selama kunjungan ke pelabuhan Ashdod, Itamar Ben-Gvir, Menteri Keamanan Nasional Israel, terlihat dalam video berdiri di depan para tahanan sambil berkata dalam bahasa Ibrani:

“Mereka ini teroris dari flotilla.”

Saksi mata menyebut, beberapa aktivis berteriak “Free Palestine” saat Ben-Gvir hadir. Insiden itu memperkuat dugaan bahwa penangkapan tersebut digunakan untuk tujuan politik dan propaganda.

Tanggapan Israel dan Kecaman Dunia Internasional

Pemerintah Israel melalui Kementerian Luar Negeri membantah seluruh tuduhan dan menyebut laporan penyiksaan sebagai “kebohongan total.”

“Semua tahanan diberi makanan, air, dan toilet. Mereka tidak ditolak akses hukum. Semua hak mereka dijamin penuh,” kata juru bicara kementerian kepada Reuters.

Namun, kesaksian para aktivis dan laporan resmi dari otoritas asing seperti Swedia dan Italia menunjukkan hal yang berbeda.
Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani mengonfirmasi 26 warganya telah dideportasi dan 15 lainnya masih ditahan.
Anggota parlemen Italia Arturo Scotto mengatakan:

“Yang bertindak secara sah adalah orang-orang di kapal. Yang bertindak ilegal adalah mereka yang menghalangi bantuan kemanusiaan ke Gaza.”

Kecaman terhadap Israel juga datang dari berbagai organisasi hak asasi manusia. Mereka menilai penyerangan terhadap armada bantuan dan perlakuan terhadap aktivis, termasuk Greta Thunberg, melanggar hukum internasional dan menunjukkan pola kekerasan sistematis terhadap pihak yang menentang blokade Gaza.

Upaya Menembus Blokade Gaza

greta thunberg global sumud flotilla gaza palestina

Flotilla ini diluncurkan pada akhir Agustus 2025 sebagai aksi solidaritas global untuk membawa bantuan makanan, obat, dan kebutuhan medis ke Gaza yang telah terisolasi akibat blokade laut Israel sejak 2007. Blokade tersebut menyebabkan lebih dari 2,3 juta warga Gaza hidup dalam krisis kemanusiaan akut tanpa akses air bersih, listrik, dan perawatan medis memadai.

Bagi banyak peserta, termasuk Greta Thunberg, aksi ini adalah bentuk protes damai melawan kebijakan Israel yang dianggap melanggar hak asasi manusia. Namun, operasi penyerangan dan penahanan ini justru memperlihatkan kerasnya sikap militer Israel terhadap upaya kemanusiaan internasional.

Luka Baru dalam Krisis Kemanusiaan Gaza

Kasus penangkapan dan penganiayaan terhadap Greta Thunberg menjadi simbol baru dari kekerasan yang dialami para pembela kemanusiaan di bawah rezim pendudukan Israel.
Dari kesaksian para aktivis, dokumen diplomatik Swedia, hingga laporan hukum Adalah, terlihat pola perlakuan tidak manusiawi yang menentang prinsip hak asasi universal.

Sementara Israel terus menyangkal, kesaksian dan bukti lapangan menunjukkan sebaliknya: Greta Thunberg dan ratusan aktivis lainnya menjadi korban pelanggaran HAM di bawah sistem penahanan Israel.
Insiden ini menambah panjang daftar kritik internasional terhadap cara Israel memperlakukan mereka yang berani menentang blokade Gaza dan memperjuangkan kemanusiaan.

Trending Topic

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Related news