spot_img

Mati 710.000 Tahun, Gunung di Iran Ini Bangkit dari Kubur

Harian Masyarakat | Gunung Taftan di tenggara Iran selama ribuan tahun dianggap sudah mati. Gunung setinggi hampir 4.000 meter itu tidak pernah tercatat meletus sepanjang sejarah manusia. Namun, data terbaru menunjukkan sesuatu sedang terjadi di bawah permukaannya.

Sejak pertengahan 2023 hingga Mei 2024, permukaan di sekitar puncak Taftan naik sekitar 9 sentimeter atau 3,5 inci. Kenaikan ini belum juga turun, yang menandakan adanya tekanan besar yang menumpuk di bawah tanah. Para ilmuwan menduga penyebabnya adalah penumpukan gas panas atau pergerakan magma pada kedalaman sekitar 500 hingga 600 meter di bawah puncak.

“Gunung ini harus melepaskan tekanannya suatu saat nanti, bisa secara perlahan atau meledak dengan keras,” kata Pablo González, ahli vulkanologi dari Dewan Riset Nasional Spanyol, kepada Live Science.

Menurut González, tidak ada tanda akan terjadi letusan dalam waktu dekat. Namun, ia menegaskan perlunya pemantauan lebih serius terhadap gunung yang selama ini dianggap aman itu.

taftan volcano view

Dari Mati Menjadi Gunung Tertidur

Taftan selama ini dikategorikan punah, karena tidak pernah meletus sejak zaman Holosen yang dimulai sekitar 11.700 tahun lalu. Namun, penelitian terbaru menegaskan bahwa sebutan itu harus diubah.

“Temuan kami menunjukkan bahwa Taftan jauh lebih aktif dari yang diperkirakan. Statusnya lebih tepat disebut dorman atau tertidur,” tulis tim peneliti dalam jurnal Geophysical Research Letters yang terbit Oktober 2024.

Data satelit menunjukkan kenaikan tanah yang tidak bisa dijelaskan oleh faktor luar seperti hujan atau gempa. Artinya, proses internal di dalam tubuh gunung lah yang mendorong perubahan itu. Peneliti juga menemukan peningkatan emisi gas seperti uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida, hidrogen sulfida, dan hidrogen fluorida dari lubang-lubang di puncak gunung. Pada dua peristiwa besar, 16 dan 28 Mei 2024, terjadi lonjakan pelepasan gas yang menandakan tekanan sementara di dalam sistem vulkanik.

Jejak Aktivitas yang Tercium dari Puluhan Kilometer

Pada 2023, warga di kota Khash yang berjarak 50 kilometer dari gunung mulai melaporkan bau belerang yang kuat. Di media sosial beredar video asap tebal dari kawah Taftan. Temuan itu mendorong Mohammadhossein Mohammadnia, mahasiswa doktoral di bawah bimbingan González, meninjau ulang data satelit Sentinel-1 milik Badan Antariksa Eropa.

gunung taftan

Hasil analisis menunjukkan adanya deformasi tanah di sekitar kawah yang konsisten dengan tekanan bawah tanah. Mohammadnia menegaskan bahwa deformasi ini tidak berkaitan dengan gempa, curah hujan, atau faktor eksternal lain. Ia menyimpulkan bahwa penyebab utama adalah peningkatan tekanan gas di sistem hidrotermal, atau pergerakan kecil magma dari kedalaman sekitar 3,5 kilometer yang mendorong gas naik ke lapisan batu di atasnya.

Risiko di Wilayah Perbatasan

Gunung Taftan berada di Provinsi Sistan dan Baluchestan, dekat perbatasan Iran–Pakistan. Puncaknya menjulang sekitar 3.940 meter di atas permukaan laut, menjadikannya titik tertinggi di kawasan itu. Kota terdekat di Iran adalah Khash, berjarak sekitar 130 kilometer, sementara di sisi Pakistan terdapat kota kecil bernama Taftan dengan penduduk sekitar 18 ribu jiwa.

Jika gunung ini meletus, dampaknya bisa luas. Abu vulkanik bisa merusak tanaman, mencemari air, mengganggu penerbangan, dan menimbulkan gangguan pernapasan. Aliran lava dan awan panas berpotensi menghancurkan permukiman dan infrastruktur. Gas beracun seperti sulfur dioksida juga bisa memicu hujan asam dan menurunkan kualitas udara.

Sistem Pemantauan Masih Minim

Meski tanda-tandanya jelas, wilayah Taftan tergolong terpencil dan tidak memiliki sistem pemantauan GPS seperti gunung berapi aktif lain. Situasi keamanan di perbatasan Iran–Pakistan yang sering diwarnai ketegangan dan aktivitas kelompok bersenjata membuat penelitian di lapangan sulit dilakukan.

Karena itu, penemuan lewat data satelit menjadi kemajuan besar. Tim González menggunakan metode baru yang disebut common-mode filter untuk menghilangkan gangguan atmosfer dari citra satelit. Metode ini memberi gambaran jelas tentang pergerakan tanah di sekitar puncak Taftan.

Taftan Volcano

Menurut González, langkah selanjutnya adalah bekerja sama dengan ilmuwan yang fokus memantau gas vulkanik agar bisa memahami dengan tepat apa yang terjadi di bawah gunung.

“Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menimbulkan panik,” ujarnya. “Ini peringatan bagi otoritas di Iran agar mulai mengalokasikan sumber daya untuk memantau gunung ini.”

Gunung Zombie yang Bangkit dari Tidur Panjang

Dengan sejarah diam selama 710.000 tahun, kebangkitan Taftan menjadi peringatan bagi kawasan Asia Barat. Fenomena ini menunjukkan bahwa tidak ada gunung berapi yang benar-benar mati. Aktivitas di bawah tanah bisa terbangun kapan saja, bahkan setelah ratusan ribu tahun tanpa tanda.

Para peneliti menekankan pentingnya memperbarui peta bahaya vulkanik di wilayah Makran volcanic arc, jalur yang membentang di selatan Iran dan Pakistan. Aktivitas baru di Taftan bisa berarti rantai vulkanik itu masih hidup.

Taftan kini disebut sebagai “zombie volcano”, simbol dari gunung yang kembali bergerak setelah lama tertidur. Dan bagi para ilmuwan, bangunnya gunung ini bukan sekadar kejutan geologis, tapi juga pengingat bahwa bumi kita masih penuh kejutan dari dalam.

Trending Topic

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Related news