Harian Masyarakat | Hamas secara resmi menyampaikan tanggapan atas rencana perdamaian 20 poin yang ditawarkan Presiden AS Donald Trump. Kelompok ini menyatakan menerima beberapa bagian dari proposal, terutama soal pembebasan sandera Israel dengan pertukaran tahanan Palestina, serta kesediaan menyerahkan administrasi Gaza kepada otoritas Palestina independen berbasis konsensus nasional.
Dalam pernyataannya, Hamas menegaskan:
- Siap membebaskan seluruh sandera, baik yang masih hidup maupun jenazah, sesuai formula pertukaran yang ditawarkan Trump.
- Siap menyerahkan kekuasaan di Gaza kepada badan teknokrat independen Palestina yang didukung negara Arab dan Islam.
- Siap masuk ke meja perundingan melalui mediator untuk membahas detail teknis.
Namun, Hamas menolak ide “Dewan Perdamaian” internasional yang dipimpin Trump dan Tony Blair untuk mengelola Gaza. Sejumlah pejabat dari kelompok tersebut, termasuk Mousa Abu Marzouk, menegaskan bahwa pemerintahan Gaza harus tetap di tangan rakyat Palestina, bukan pihak asing.

Poin yang Masih Diperdebatkan
Meski menerima sebagian besar elemen, Hamas tidak menyinggung soal perlucutan senjata, syarat utama yang diminta Israel dan dimasukkan dalam proposal Trump. Mereka juga menegaskan masa depan Gaza dan hak-hak Palestina harus diputuskan melalui konsensus nasional Palestina sesuai hukum internasional.
Beberapa poin yang masih diperdebatkan:
- Disarmament atau perlucutan senjata.
- Mekanisme penarikan bertahap pasukan Israel.
- Posisi Hamas dalam masa transisi pemerintahan Gaza.
Hamas menyatakan masih perlu negosiasi lanjutan terkait isu-isu ini.
Tekanan Trump ke Israel
Trump menyambut positif jawaban Hamas. Ia menulis di Truth Social bahwa Hamas “siap untuk perdamaian abadi” dan langsung memerintahkan Israel menghentikan serangan udara di Gaza.
“Israel harus segera menghentikan pemboman Gaza agar para sandera bisa diselamatkan dengan aman dan cepat. Sekarang terlalu berbahaya untuk melakukan itu,” tulis Trump.
Trump menegaskan perang ini bukan hanya soal Gaza, tetapi tentang perdamaian jangka panjang di Timur Tengah. Ia juga memberi batas waktu hingga Minggu. Jika tidak ada kesepakatan, ia mengancam Hamas dengan konsekuensi militer besar: “All HELL, like no one has ever seen before, will break out against Hamas.”

Reaksi Dunia Internasional
Rencana Trump mendapat sambutan dari berbagai pihak internasional:
- Qatar dan Mesir menyatakan siap melanjutkan negosiasi bersama AS.
- Sekjen PBB Antonio Guterres mendesak semua pihak memanfaatkan momentum ini untuk mengakhiri perang Gaza.
- Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut pembebasan sandera dan gencatan senjata sudah di depan mata.
- Kanselir Jerman Friedrich Merz menyebut ini peluang terbaik untuk perdamaian dalam dua tahun terakhir.
- PM Inggris Keir Starmer menilai jawaban Hamas sebagai langkah signifikan yang harus segera ditindaklanjuti.
Sementara itu, keluarga sandera Israel mendesak PM Benjamin Netanyahu segera membuka negosiasi agar semua tawanan bisa dipulangkan. Namun Netanyahu berada dalam posisi sulit, ditekan publik yang lelah perang dan keluarga sandera, sekaligus menghadapi tuntutan koalisi sayap kanan yang menolak kompromi.
Situasi di Gaza Masih Memburuk
Meski Trump sudah memerintahkan penghentian serangan, saksi mata melaporkan Israel tetap melanjutkan bombardir di Gaza City, termasuk di Jalan Talateeni dan distrik Remal. Tank dan pesawat Israel masih menghantam kawasan padat penduduk.
Data dari otoritas kesehatan Gaza mencatat lebih dari 66.200 orang tewas sejak Oktober 2023, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Sekitar 170.000 lainnya luka-luka. Sebanyak 90 persen warga Gaza terpaksa mengungsi, banyak yang hidup dalam kondisi kelaparan.
Seorang juru bicara PBB, Olga Cherevko, menggambarkan penderitaan warga yang terpaksa tinggal di parkiran Rumah Sakit Shifa karena tak mampu mengungsi ke selatan. “Ada keluarga dengan anak-anak kecil dan ibu hamil, juga banyak lansia dan penyandang disabilitas,” katanya.
Sejarah Singkat Konflik

Setelah 7 dekade lebih dijajah dan diduduki Israel, Hamas pada 7 Oktober 2023 melakukan serangan ke wilayah Israel, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya. Israel kemudian melancarkan serangan besar-besaran ke Gaza. Dua tahun setelahnya, Gaza hancur lebur, dengan jutaan warganya terjebak dalam bencana kemanusiaan.
Trump kini memposisikan diri sebagai satu-satunya pemimpin internasional yang mampu menekan Israel dan Hamas ke meja perundingan. Tekanan global, penderitaan sipil, serta kelelahan perang membuat proposal ini dipandang sebagai peluang nyata menuju gencatan senjata.
Jalan Menuju Perdamaian?
Meskipun masih banyak hambatan, sikap Hamas yang menerima sebagian poin proposal dianggap membuka jalan bagi negosiasi lebih lanjut. International pressure, desakan keluarga sandera, dan kondisi krisis kemanusiaan menambah urgensi tercapainya kesepakatan.
Seperti dikatakan analis Al Jazeera, Ali Hashem, “Hamas menunjukkan banyak hal positif dengan menerima semangat dari rencana Trump. Bola sekarang ada di tangan Trump dan Israel.”















