Harian Masyarakat | TikTok, aplikasi video pendek asal China dengan lebih dari 1,59 miliar pengguna global, menjadi sasaran politik di Amerika Serikat sejak 2023. Awalnya, isu utama adalah potensi pengaruh China terhadap opini publik dan keamanan data. Namun, arah perdebatan cepat bergeser ke isu Palestina dan Israel.
Pada 25 September 2025, Presiden Donald Trump meneken instruksi presiden yang memerintahkan divestasi TikTok untuk pasar AS. ByteDance, induk TikTok asal China, kini hanya memegang 20 persen saham. Kendali penuh beralih ke konsorsium investor AS yang dipimpin Oracle, bersama Silver Lake, Andreessen Horowitz, Rupert Murdoch, dan Michael Dell.
Trump menegaskan algoritma TikTok AS akan dilatih ulang dengan data domestik dan sepenuhnya dikelola oleh investor AS. Batas waktu finalisasi kesepakatan diperpanjang hingga 23 Januari 2026.

Munculnya Istilah “Israelisasi TikTok”
Tak lama setelah pengumuman Trump, istilah “Israelisasi algoritma TikTok” ramai di forum pro-Palestina seperti Reddit, Telegram, hingga X/Twitter. Istilah ini menyindir potensi bias algoritma TikTok pasca-akuisisi, yang dianggap akan lebih pro-Israel.
WikiLeaks menuding para miliarder pro-Israel seperti Larry Ellison dan Rupert Murdoch sedang membangun ekosistem media yang menguntungkan Israel melalui kontrol atas TikTok. Dalam beberapa jam, tagar #TikTokSale dan #Ellison masuk trending global.
Para pengguna menunjukkan bahwa bahkan sebelum akuisisi tuntas, banyak konten kritis terhadap Israel yang lebih sering dihapus dari linimasa.
Peran Larry Ellison dan Oracle
Larry Ellison, pendiri Oracle, menjadi sorotan utama. Ia dikenal dekat dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Pada 2017, Ellison menyumbang 16,6 juta dollar AS kepada Friends of the Israel Defense Forces (FIDF), sumbangan terbesar sepanjang sejarah organisasi tersebut.

Ellison juga kerap menjamu Netanyahu di Pulau Lanai, Hawaii, yang ia beli 98 persen sahamnya pada 2012. Media seperti Press TV dan The Guardian mencatat Ellison berupaya menguasai jaringan media global, mulai dari CBS, Paramount, MTV, hingga Channel 5 di Inggris. Ia bahkan dikabarkan tengah menyiapkan akuisisi Warner Bros. Discovery pada akhir 2025.
Selain Oracle, perusahaan investasi Andreessen Horowitz juga disebut memiliki kedekatan dengan Israel. Firma ini aktif merekrut talenta elite dari Unit 8200, unit intelijen siber militer Israel.
Tekanan Politik AS dan Lobi Pro-Israel
Sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, tekanan untuk melarang TikTok di AS semakin besar. Sejumlah anggota parlemen pro-Israel menuding aplikasi ini sebagai “ruang gema” bagi narasi pro-Palestina.
Jonathan Greenblatt, CEO Anti-Defamation League, menyebut TikTok sebagai “masalah Israel” karena membuka ruang bagi generasi muda AS memahami konflik Palestina-Israel di luar narasi resmi Washington.
Senator Mitt Romney bahkan terang-terangan mengatakan dukungan luas untuk menutup TikTok terkait banyaknya konten pro-Palestina di platform tersebut dibandingkan media sosial lain.
Oracle dan Keterlibatan dengan Israel
Oracle bukan sekadar perusahaan teknologi database. Perusahaan ini memiliki rekam jejak panjang bekerja sama dengan militer Israel.
- Pada 2021, Oracle membangun pusat data senilai 319 juta dollar AS di Yerusalem.
- Oracle terlibat dalam proyek rahasia bersama Angkatan Udara Israel bernama “Project Menta” untuk mendukung operasi militer.
- Perusahaan ini juga bekerja sama dengan Unit 81, divisi teknologi intelijen Israel, untuk mempercepat sistem pengadaan militer.
- Pada 2024, Oracle membantu pengembangan alat propaganda digital “Words of Iron” untuk memperkuat narasi pro-Israel di media sosial, termasuk TikTok.
CEO Oracle, Safra Catz, secara terbuka menyatakan, “Jika kamu tidak mendukung Amerika atau Israel, jangan bekerja di sini.” Ia bahkan menginstruksikan slogan “Oracle Stands with Israel” dipasang di seluruh layar kantor global perusahaan setelah perang Gaza pecah.
Reaksi Pegawai Oracle dan Publik
Di internal Oracle, dukungan tanpa syarat terhadap Israel menimbulkan krisis.
- Puluhan pegawai menandatangani surat terbuka menolak kerja sama perusahaan dengan Israel.
- Beberapa pegawai mengaku takut menyebut kata “Palestina” di lingkungan kerja.
- Donasi pegawai untuk lembaga bantuan Palestina seperti UNRWA dihapus dari daftar program matching donation.
- Seorang pegawai diberhentikan setelah membuat logo Oracle dengan simbol solidaritas Palestina.
Menurut Eric Sype dari 7amleh (Arab Center for Social Media Advancement), pola represi suara pro-Palestina di perusahaan teknologi seperti Google dan Amazon juga terjadi di Oracle, tetapi dengan intensitas lebih kuat.
Dampak pada Algoritma TikTok
Kontrol penuh atas algoritma TikTok kini berada di tangan Oracle. Model algoritma akan dilatih ulang dengan data domestik AS dan terus dimonitor. Pemerintah AS menyebut langkah ini sebagai upaya mencegah manipulasi asing, terutama dari China.
Namun, bagi kelompok pro-Palestina, kebijakan ini dilihat sebagai jalan bagi “Israelisasi TikTok”. Mereka khawatir algoritma akan diarahkan untuk memperkuat narasi pro-Israel sekaligus membatasi konten yang kritis terhadap kebijakan Tel Aviv.
Survei Gallup pada Juli 2025 menunjukkan 60 persen warga AS menolak serangan Israel ke Gaza, hanya 32 persen yang mendukung. Kekhawatiran terbesar Israel dan sekutunya adalah bahwa TikTok menjadi medium utama penyebaran opini kritis ini, terutama di kalangan Gen Z.
“Israelisasi TikTok” bukan sekadar isu teknis tentang algoritma, tetapi mencerminkan perebutan kendali atas ruang informasi global. Dengan Oracle, Murdoch, dan Ellison sebagai pemain utama, aplikasi yang dulunya dituduh sebagai ancaman China kini dipandang sebagai instrumen strategis untuk mengamankan kepentingan Israel di ruang digital.
Apakah benar algoritma TikTok akan berubah menjadi corong pro-Israel? Waktu yang akan menjawab. Namun, jejak rekam Oracle dan kedekatan Ellison dengan Israel memperkuat dugaan bahwa arah aplikasi tersebut pasca-akuisisi akan sangat berbeda dari sebelumnya.