Harian Masyarakat | Presiden Prabowo Subianto menjadi salah satu pemimpin dunia yang hadir dalam penandatanganan kesepakatan damai antara pihak-pihak yang bertikai di Jalur Gaza. Acara berlangsung di International Congress Centre, Sharm el-Sheikh, Mesir, Senin (13/10/2025).
Forum internasional bertajuk Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perdamaian 2025 itu dihadiri tokoh-tokoh utama dunia, termasuk Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Presiden Mesir Abdel Fatah el-Sisi, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Perjanjian ini menandai berakhirnya perang berkepanjangan di Jalur Gaza, membuka peluang stabilitas baru di Timur Tengah, dan memulai proses rekonstruksi wilayah yang hancur akibat konflik.
Dalam forum itu, Donald Trump secara terbuka memberikan apresiasi kepada Indonesia. “Bersama kita adalah Presiden Prabowo, sosok luar biasa dari Indonesia,” ucap Trump sambil menoleh ke arah Prabowo yang berdiri di antara para pemimpin dunia.

Komitmen Indonesia: Dari Diplomasi hingga Aksi Nyata
Dukungan Indonesia terhadap perjuangan rakyat Palestina bukan hal baru. Dalam berbagai kesempatan, Presiden Prabowo selalu menegaskan komitmen Indonesia terhadap perdamaian dunia dan kemerdekaan Palestina.
Pada Sidang ke-80 Majelis Umum PBB di New York, September lalu, Prabowo menyatakan kesiapan Indonesia membantu setiap upaya perdamaian di Gaza, termasuk kemungkinan pengiriman pasukan penjaga perdamaian.
”Kami siap kalau diminta mengirim penjaga perdamaian. Pasukan peacekeeping Indonesia siap. Itu sudah saya tegaskan,” kata Prabowo setibanya di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa (14/10/2025), setelah kembali dari KTT di Mesir.

Kesiapan itu bukan sekadar wacana. Sebelum berangkat ke KTT, Prabowo telah memimpin rapat kabinet di Jakarta, Minggu (12/10/2025) malam, membahas persiapan pengiriman 20.000 personel TNI untuk misi kemanusiaan di Gaza. Wakil Panglima TNI Jenderal Tandyo Budi Revita hadir langsung dalam rapat tersebut.
Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi menyebutkan, langkah ini merupakan bentuk kesiapan Indonesia membantu stabilisasi pascaperdamaian. “Manakala dibutuhkan, kita sudah siap,” ujarnya.
Peran Diplomasi Indonesia di KTT Perdamaian 2025
Dalam forum di Sharm el-Sheikh, Indonesia berperan sebagai saksi dan pendukung aktif proses diplomasi. Prabowo hadir untuk menegaskan sikap Indonesia yang konsisten: mendukung gencatan senjata dan menghentikan siklus kekerasan.
Kesepakatan yang ditandatangani 9 Oktober lalu langsung diikuti langkah konkret berupa pertukaran tahanan dan sandera pada 13 Oktober. Kesepakatan itu juga memuat agenda penarikan bertahap pasukan Israel dari Gaza serta pencarian korban yang masih hilang.

Menteri Luar Negeri Sugiono, yang mendampingi Presiden, menegaskan keterlibatan Indonesia dalam proses perundingan menunjukkan kepercayaan besar dunia internasional terhadap peran Indonesia. “Sejak awal, negara-negara mediator memang mengundang Indonesia karena konsistensinya memperjuangkan perdamaian dunia,” katanya.
Sugiono juga membantah rumor soal rencana kunjungan Presiden ke Israel. “Tidak ada rencana ke Israel. Fokus kami sejak awal hanya pada kesepakatan perdamaian,” ujarnya menepis isu yang beredar di media asing.
Bantuan dan Rekam Jejak Indonesia di Palestina
Komitmen Indonesia terhadap rakyat Palestina sudah berlangsung lama. Indonesia rutin mengirim bantuan kemanusiaan, medis, dan pangan, bahkan mengerahkan kapal dan pesawat Hercules untuk menyalurkan logistik.
”Kita kirim bantuan berkali-kali. Rakyat Palestina dan Timur Tengah tahu bagaimana komitmen Indonesia,” kata Prabowo.
Langkah ini memperkuat posisi Indonesia sebagai negara yang tidak hanya berbicara di forum internasional, tetapi juga turun langsung membantu di lapangan.

Analisis: Strategi dan Tantangan Diplomasi Indonesia
Menurut pengajar Hubungan Internasional Universitas Indonesia, Agung Nurwijoyo, kehadiran Prabowo di KTT Perdamaian 2025 menunjukkan konsistensi dan kontribusi nyata Indonesia dalam menjaga perdamaian dunia.
Ia menilai, langkah Indonesia di forum itu bisa dilihat dari empat aspek penting:
- Memperkuat peran diplomasi Indonesia di Timur Tengah. Kehadiran Prabowo menandakan Indonesia mulai ikut dalam arus besar diplomasi global, meski belum sepenuhnya menjadi pengarah.
- Implementasi politik luar negeri bebas aktif. Indonesia menunjukkan sikap independen dengan fokus pada kemanusiaan, bukan politik blok.
- Menjawab aspirasi publik. Banyak warga Indonesia mendorong pemerintah untuk berperan lebih besar dalam menghentikan perang di Gaza.
- Langkah menuju “negative peace”. Kesepakatan kali ini masih berfokus pada penghentian perang. Tantangan berikutnya adalah mewujudkan “positive peace” yang mencakup keadilan, keamanan, dan pembangunan kembali Gaza.
Agung juga menekankan pentingnya mekanisme pengawasan dan penjamin perdamaian agar kesepakatan benar-benar berjalan. Karena inisiatif perjanjian ini datang dari Amerika Serikat dan tidak melalui mekanisme PBB, maka diperlukan format kerja sama khusus di luar jalur PBB.
”Indonesia bisa berkontribusi dalam penempatan pasukan penjaga perdamaian. Namun tetap harus menjaga posisi diplomatiknya karena tidak memiliki hubungan resmi dengan Israel,” ujarnya.
Momentum Baru Diplomasi Indonesia

Keterlibatan Indonesia dalam perjanjian damai Gaza memperlihatkan perubahan signifikan dalam arah politik luar negeri di bawah kepemimpinan Prabowo. Indonesia bukan lagi hanya pengamat, tetapi aktor aktif dalam menjaga stabilitas global.
Dunia internasional kini melihat Indonesia sebagai jembatan antara kekuatan Barat dan dunia Islam, terutama dalam isu-isu kemanusiaan yang kompleks seperti Gaza.
Bagi rakyat Palestina, kehadiran Indonesia membawa harapan baru. Bagi Indonesia sendiri, ini menjadi ujian besar: seberapa jauh negara ini mampu mempertahankan sikap bebas aktif sambil tetap relevan di panggung global.
Dengan kesiapan pasukan, konsistensi diplomasi, dan kepercayaan dunia, Indonesia menegaskan dirinya sebagai penjaga perdamaian yang tak hanya bicara, tetapi bertindak.















