Harian Masyarakat | Dua tahun setelah perang di Gaza dimulai, dukungan masyarakat Amerika terhadap Israel mengalami perubahan besar. Berbagai survei dari lembaga ternama seperti The New York Times-Siena College, University of Maryland, The Economist/YouGov, Gallup, hingga Harvard-Harris menunjukkan tren yang sama: semakin banyak warga AS kini bersimpati kepada Palestina dibandingkan Israel.
Untuk pertama kalinya sejak 1998, jajak pendapat The New York Times-Siena mencatat 35 persen warga Amerika berpihak pada Palestina, sementara 34 persen mendukung Israel. Sisanya, 31 persen, memilih bersikap netral atau tidak tahu. Ini kebalikan total dari situasi setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, saat 47 persen warga AS masih mendukung Israel dan hanya 20 persen berpihak ke Palestina.
Mayoritas Menolak Bantuan ke Israel
Mayoritas warga Amerika kini menolak pemberian bantuan ekonomi dan militer tambahan ke Israel. Sekitar 6 dari 10 responden mengatakan operasi militer Israel di Gaza harus dihentikan, bahkan jika sandera belum dibebaskan atau Hamas belum dikalahkan. Lebih mengejutkan lagi, 40 persen responden percaya Israel dengan sengaja menargetkan warga sipil di Gaza. Angka ini hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2023.

Demokrat Berbalik Arah, Republikan Mulai Retak
Perubahan sikap paling tajam terjadi di kalangan Partai Demokrat. Dua tahun lalu, pandangan mereka terbelah antara pro-Israel dan pro-Palestina. Kini, 54 persen Demokrat menyatakan simpati lebih besar pada Palestina, dan hanya 13 persen yang mendukung Israel. Delapan dari sepuluh Demokrat mendesak agar perang segera dihentikan, meski tujuan Israel belum tercapai.
Bahkan, survei menunjukkan enam dari sepuluh Demokrat yakin Israel sengaja membunuh warga sipil di Gaza. Dukungan terhadap Israel turun paling drastis di kalangan Demokrat kulit putih berpendidikan tinggi dan berusia di atas 45 tahun, kelompok yang sebelumnya menjadi basis pendukung kuat kebijakan luar negeri pro-Israel.
Sementara itu, dukungan dari Partai Republik masih relatif stabil, tetapi tetap menunjukkan penurunan. Dalam survei terbaru, 64 persen Republikan bersimpati kepada Israel, turun 12 poin dari tahun 2023. Sekitar sepertiga menganggap militer Israel tidak cukup berhati-hati dalam menghindari korban sipil. Meski begitu, tujuh dari sepuluh Republikan masih mendukung bantuan militer tambahan dan ingin perang dilanjutkan hingga semua sandera dibebaskan.
Generasi Muda Jadi Faktor Penentu
Perubahan paling mencolok datang dari generasi muda. Survei University of Maryland dan SSRS menunjukkan 37 persen warga AS berusia 18–34 tahun lebih bersimpati kepada Palestina, sementara hanya 11 persen yang berpihak ke Israel.
Di kalangan Republikan muda, dukungan terhadap Israel anjlok menjadi hanya 24 persen. Sebaliknya, generasi tua (35 tahun ke atas) masih menunjukkan dukungan 52 persen terhadap Israel. Ini menciptakan jurang generasi yang tajam bahkan di dalam partai yang sama.
Riset Harvard-Harris juga mencatat 40 persen anak muda di AS bahkan menyatakan dukungan terhadap Hamas, meski konteksnya lebih menunjukkan simpati terhadap penderitaan warga Palestina, bukan terhadap organisasi itu secara langsung. Bandingkan dengan kelompok usia 65 tahun ke atas, di mana 92 persen masih berpihak pada Israel.
Narasi Israel Mulai Gagal

Selama tujuh dekade, narasi Zionis berhasil mendominasi opini publik Amerika. Dengan dukungan kuat dari lobi politik, kelompok evangelis, dan media arus utama, citra Israel selalu dikaitkan dengan “pihak yang membela diri.” Namun perang Gaza mengubah semua itu.
Gambar-gambar kehancuran dan penderitaan warga sipil Palestina, terutama anak-anak, menyebar luas di media sosial dan membentuk opini generasi muda yang lebih kritis. Banyak jurnalis di AS bahkan mundur dari pekerjaannya karena menolak framing media yang dianggap membenarkan serangan Israel.
Kini, 61 persen warga Amerika meyakini bahwa dukungan ekonomi, diplomatik, dan militer AS berperan langsung dalam memungkinkan “kebiadaban” Israel di Gaza. Hanya 12 persen yang percaya bantuan AS tidak punya pengaruh terhadap eskalasi perang.
Persepsi Israel sebagai Pelaku Genosida
Survei The Economist/YouGov dan UMD menunjukkan 41 persen warga AS menilai tindakan Israel di Gaza sebagai genosida atau setidaknya mirip genosida. Hanya 22 persen yang menganggapnya sebagai pembelaan diri yang sah.
Kenneth Roth, mantan Direktur Eksekutif Human Rights Watch yang kini mengajar di Princeton, menilai pergeseran ini sebagai “perubahan luar biasa dalam sikap Amerika terhadap Israel, dipicu oleh kebrutalan Israel di Gaza dan ekspansi permukiman di Tepi Barat.”
Krisis Kepercayaan terhadap Netanyahu
Kepercayaan terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu juga anjlok. Hanya 27 persen warga Amerika yang menilai Netanyahu layak dipercaya. Di kalangan Demokrat, 70 persen sama sekali tidak memiliki kepercayaan pada pemimpin Israel itu. Di kalangan Republikan, hanya pemilih berusia di atas 50 tahun yang masih menunjukkan dukungan kuat.
Edward Johnson, 51 tahun, warga Minneapolis, mengaku masih mendukung Trump dan percaya Israel bisa menjaga diri, tetapi menilai AS harus “sedikit mundur.”
Sebaliknya, Shannon Carey, 39 tahun, warga Hartford, mengatakan, “Melihat anak-anak itu mengerikan. Ini bukan perang. Ini genosida.” Ia mendesak AS menghentikan bantuan militer dan finansial yang disebutnya “mendanai krisis kemanusiaan.”
Dampak Jangka Panjang bagi Hubungan AS-Israel

Meski perubahan opini publik besar, dampaknya terhadap kebijakan luar negeri AS belum signifikan. Israel masih menjadi penerima bantuan luar negeri terbesar dalam sejarah AS, mencapai ratusan miliar dolar sejak 1948.
Namun tren jangka panjang jelas: dukungan publik semakin menurun, terutama di kalangan muda dan independen. Dalam jangka panjang, tekanan ini akan memaksa Washington meninjau ulang “hubungan istimewa” dengan Israel.
Beberapa analis menilai perubahan besar mungkin terjadi bila Presiden Trump dan Netanyahu berselisih secara pribadi. Dalam situasi itu, Trump bisa menggunakan hasil survei sebagai legitimasi untuk mengurangi dukungan terhadap Israel. Namun secara politik, perubahan besar diperkirakan akan berjalan lambat, karena pengaruh lobi pro-Israel di Kongres masih sangat kuat.
Arah Baru Politik Amerika
Gelombang perubahan ini membuka jalan bagi munculnya politisi muda yang lebih vokal mendukung Palestina, seperti Zohran Mamdani di New York. Blok progresif dalam Partai Demokrat diprediksi akan terus menekan kepemimpinan partai agar meninjau ulang kebijakan luar negeri terhadap Israel.
Meski belum cukup untuk mengubah kebijakan AS secara cepat, perubahan opini publik ini menandai titik balik besar dalam politik Amerika. Setelah puluhan tahun narasi tunggal mendominasi, kini semakin banyak warga AS yang melihat perang Gaza bukan sebagai pertahanan diri Israel, melainkan sebagai tragedi kemanusiaan terbesar abad ini.















