Harian Masyarakat – Gelombang panas ekstrem melanda banyak kota di Indonesia. Suhu siang hari menembus 35 derajat Celsius di beberapa wilayah. Kondisi ini menjadi tantangan berat bagi siapa pun yang tetap berolahraga di luar ruangan, terutama pelari.
Udara panas membuat tubuh cepat kehilangan cairan. Produksi keringat meningkat drastis, dan bila tidak segera diganti, risiko dehidrasi serta kolaps bisa terjadi kapan saja.
Tubuh Sulit Mendinginkan Diri di Cuaca Panas
Saat udara panas dan lembap, tubuh bekerja ekstra untuk menurunkan suhu. Keringat sulit menguap, panas terperangkap, dan pelari cepat lelah. Ini alasan kenapa performa menurun tajam meski jarak tempuh tidak berubah.
Pelari disarankan beradaptasi dengan bertahap. Latih tubuh di bawah terik matahari secara perlahan, mulai dari durasi pendek. Saat tubuh mulai terbiasa, tambahkan intensitas dan jarak.
Hidrasi adalah Kunci Utama
Minum air bukan sekadar rutinitas, tapi kebutuhan vital. Tubuh kehilangan cairan lewat keringat lebih cepat dari biasanya. Idealnya, konsumsi 400–800 mililiter air setiap jam saat berlari.
Tambahkan elektrolit atau sedikit garam ke air minum agar cairan tidak cepat keluar lagi lewat keringat. Elektrolit membantu menstabilkan fungsi otot dan saraf.
Jangan Lari dalam Keadaan Lapar
Tubuh membutuhkan energi tambahan saat berlari di panas ekstrem. Hindari perut kosong, tetapi jangan makan berat. Pilih makanan ringan dengan kandungan karbohidrat dan gula agar energi tetap stabil.
Hindari minuman berkafein sebelum olahraga karena bisa mempercepat kehilangan cairan lewat urine.
Gunakan Pelindung Kulit
Lari di bawah matahari tanpa perlindungan bisa berisiko tinggi. Gunakan sunscreen minimal SPF 30. Oleskan sekitar 20 menit sebelum mulai berlari. Langkah sederhana ini penting untuk mencegah luka bakar dan iritasi kulit akibat sinar UV yang tinggi di iklim tropis.
Pikiran Tenang, Tubuh Lebih Kuat
Selain fisik, faktor mental juga menentukan daya tahan. Fokus dan ketenangan membantu tubuh lebih tahan terhadap panas. Pelari yang panik atau stres lebih mudah kehilangan energi dan mengalami kelelahan dini.
Mengapa Banyak Orang Kolaps Saat Olahraga di Cuaca Panas

Kolaps saat olahraga bisa terjadi pada siapa saja. Berikut penyebab paling umum yang sering diabaikan:
- Penyakit jantung atau tekanan darah tidak stabil.
Banyak kasus kolaps berasal dari masalah kardiovaskular yang tidak terdiagnosis. - Dehidrasi parah.
Tubuh kehilangan cairan tanpa diganti dengan cepat. Akibatnya, aliran darah terganggu dan tekanan darah turun. - Kekurangan elektrolit.
Kehilangan natrium, kalium, dan klorida membuat otot dan saraf tidak bekerja normal. - Olahraga terlalu keras.
Memaksakan diri tanpa istirahat memicu overexertion, kondisi ketika tubuh benar-benar kehabisan energi. - Kadar gula darah turun.
Olahraga tanpa asupan cukup dapat menyebabkan hipoglikemia. Gejalanya antara lain pusing, mual, dan lemas. - Lingkungan ekstrem.
Kelembapan tinggi atau udara panas menambah tekanan pada sistem tubuh. - Stres dan tekanan mental.
Faktor psikologis juga berperan besar terhadap daya tahan tubuh.
Langkah Aman Saat Olahraga di Cuaca Panas
- Hindari berolahraga pada pukul 10.00–15.00.
- Minum air cukup sebelum dan sesudah latihan.
- Gunakan pakaian ringan dan menyerap keringat.
- Berhenti segera jika merasa pusing, mual, atau penglihatan kabur.
- Periksa kondisi kesehatan bila punya riwayat penyakit jantung atau tekanan darah.
Cuaca panas ekstrem bukan alasan untuk berhenti bergerak. Kuncinya adalah tahu batas tubuh sendiri. Dengan hidrasi cukup, perlindungan yang tepat, dan pola latihan cerdas, kamu tetap bisa berolahraga dengan aman meski matahari sedang “menggila”.















