spot_img

PBB Nyatakan Gaza Alami Kelaparan Pertama di Timur Tengah, Israel Membantah

Harian Masyarakat | Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) secara resmi menyatakan terjadi kelaparan di Gaza pada Jumat, 22 Agustus 2025. Ini merupakan pertama kalinya kelaparan dikonfirmasi di kawasan Timur Tengah, berdasarkan penilaian Integrated Food Security Phase Classification (IPC), badan pemantau global yang menilai kondisi pangan dunia.

IPC menetapkan wilayah Gaza City dan sekitarnya berada pada Fase 5, kategori paling parah yang menandakan bencana kelaparan. Hingga 15 Agustus 2025, sekitar 514 ribu orang, hampir seperempat populasi Gaza, mengalami kondisi kelaparan katastropik. Jumlah itu diperkirakan meningkat menjadi 641 ribu orang atau hampir sepertiga populasi pada akhir September.

Laporan IPC menegaskan, kelaparan ditandai dengan 20% rumah tangga tidak memiliki akses makanan, 30% anak di bawah lima tahun menderita malnutrisi akut, serta dua dari setiap 10 ribu orang meninggal per hari akibat kelaparan atau kombinasi kelaparan dengan penyakit.

pbb gaza kelaparan palestina

Selain itu, IPC mencatat bahwa 98% lahan pertanian Gaza rusak, ternak musnah, perikanan dilarang, dan sistem kesehatan hancur. Akses terhadap air bersih dan sanitasi juga runtuh. Kondisi ini diperparah oleh penghancuran infrastruktur, blokade bantuan, dan pembatasan distribusi pangan sejak perang berlangsung 22 bulan terakhir.

PBB: Kelaparan di Gaza Bencana Buatan Manusia

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyebut kelaparan di Gaza sebagai “bencana buatan manusia, kegagalan moral, dan kegagalan kemanusiaan itu sendiri”.

“Orang-orang sedang kelaparan. Anak-anak sedang sekarat. Pihak yang memiliki kewajiban untuk bertindak justru gagal menjalankannya,” tegas Guterres.

Ia menegaskan bahwa Israel, sebagai pihak yang menduduki Gaza, memiliki kewajiban hukum internasional untuk memastikan ketersediaan pangan dan obat-obatan.

Koordinator bantuan darurat PBB, Tom Fletcher, menambahkan bahwa kelaparan di Gaza sepenuhnya dapat dicegah, namun makanan terhalang masuk akibat “obstruksi sistematis oleh Israel”.

Sementara itu, Kepala UNRWA Philippe Lazzarini menyebut kondisi ini sebagai “kelaparan yang didesain”, menegaskan peringatan berbulan-bulan telah diabaikan dunia internasional.

UNICEF: Anak Gaza Jadi Korban Terparah

Kondisi anak-anak di Gaza disebut sangat kritis. Direktur Eksekutif UNICEF, Catherine Russell, melaporkan lebih dari 12 ribu anak menderita malnutrisi akut pada Juli 2025, angka yang meningkat enam kali lipat dibanding Januari.

“Bayi meninggal akibat kelaparan dan penyakit yang seharusnya bisa dicegah. Anak-anak terlalu lemah untuk menangis, makan, bahkan sekadar bertahan hidup,” ujarnya.

Kisah nyata warga juga menguatkan laporan ini. Reem Tawfiq Khader (41), seorang ibu lima anak, mengatakan keluarganya sudah lima bulan tidak makan protein. Sedangkan Rida Hijjeh (29) mengaku putrinya Lamia (5) mengalami penurunan berat badan drastis, rambut rontok, serta pembengkakan kaki akibat tidak adanya makanan bergizi.

pbb gaza kelaparan palestina

Israel Bantah: “Tidak Ada Kelaparan di Gaza”

Pemerintah Israel menolak temuan IPC. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut laporan tersebut sebagai “kebohongan terang-terangan”.

“Israel tidak memiliki kebijakan kelaparan. Sejak awal perang, kami telah memasukkan lebih dari dua juta ton bantuan ke Gaza,” kata Netanyahu.

Kementerian Luar Negeri Israel menyebut laporan IPC sebagai propaganda Hamas yang “dicuci” melalui organisasi internasional. Badan militer Israel yang mengawasi urusan sipil di Palestina, COGAT, menegaskan laporan IPC tidak akurat dan tidak mencerminkan kondisi lapangan.

Israel mengklaim ratusan truk bantuan masuk setiap hari, namun PBB menegaskan jumlah itu hanya setengah dari kebutuhan minimal 600 truk per hari.

Dunia Kecam Israel

Sejumlah negara dan organisasi internasional mengecam kondisi di Gaza.

  • Inggris melalui Menlu David Lammy menyebut kelaparan ini sebagai “aib moral” yang sepenuhnya bisa dicegah.

  • Arab Saudi menilai krisis ini sebagai “noda pada kemanusiaan” dan meminta Dewan Keamanan PBB segera bertindak.

  • Kuwait mengecam “kebijakan kelaparan dan pemindahan paksa” Israel, menyebutnya pelanggaran hukum internasional.

  • Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) menilai bencana kelaparan tersebut merupakan bukti nyata penggunaan kelaparan sebagai senjata perang.

  • Amnesty International menuding Israel sengaja menggunakan kelaparan untuk “genosida” terhadap warga Gaza.

  • Palang Merah Internasional menegaskan Israel wajib memenuhi kebutuhan dasar warga sipil berdasarkan hukum humaniter internasional.

Situasi Kemanusiaan Makin Memburuk

pbb gaza kelaparan palestina

Data Kementerian Kesehatan Gaza menyebut 271 orang meninggal akibat malnutrisi, termasuk 112 anak-anak, sejak awal perang.

Lebih dari 62 ribu orang telah tewas akibat serangan Israel sejak Oktober 2023, sementara 90% rumah hancur atau rusak. Infrastruktur vital seperti rumah sakit, sanitasi, dan sumber air juga kolaps.

Organisasi kemanusiaan seperti Oxfam, Mercy Corps, Islamic Relief, hingga CAIR menegaskan dunia internasional gagal mencegah tragedi ini. Oxfam menyebut bantuan pangan senilai jutaan dolar tertahan di luar Gaza karena ditolak Israel.

CEO Mercy Corps, Tjada D’Oyen McKenna, bahkan mengaku stafnya di Gaza ikut kelaparan. “Kami melihat sendiri tim kami melewatkan makan agar anak-anak mereka bisa makan,” ujarnya.

Seruan Gencatan Senjata dan Akses Bantuan

PBB, UNICEF, Amnesty International, Palang Merah, hingga sejumlah negara menuntut gencatan senjata segera dan akses penuh bantuan ke Gaza.

“Tidak ada lagi alasan. Waktu bertindak bukan besok, melainkan sekarang,” tegas Kepala UNRWA, Philippe Lazzarini.

Trending Topic

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Related news