spot_img

Revolusi Prancis: Bagaimana Runtuhnya Batas Kesabaran Rakyat Menjegal Pemerintahan Tirani

Harian Masyarakat | Revolusi Prancis (1789–1799) adalah salah satu peristiwa terbesar dalam sejarah dunia yang menandai runtuhnya monarki absolut dan lahirnya republik modern. Revolusi ini muncul akibat krisis ekonomi, ketidakadilan sosial, serta kepemimpinan Raja Louis XVI yang dianggap lemah dan tiran.

Ketika naik takhta pada 1774, Louis XVI mewarisi keuangan negara yang porak-poranda akibat keterlibatan Prancis dalam Revolusi Amerika. Untuk menutup utang, ia menaikkan pajak yang justru semakin menindas rakyat, sementara kaum bangsawan dan rohaniwan tetap menikmati hak istimewa, termasuk bebas pajak.

Ketidakadilan ini menimbulkan kemarahan rakyat, terutama golongan ketiga (Third Estate) yang mewakili mayoritas masyarakat. Pada Mei 1789, raja memanggil États-Généraux (sidang perwakilan tiga golongan), namun suara rakyat tetap diabaikan. Akhirnya, wakil golongan ketiga membentuk Majelis Nasional dan mengucapkan Sumpah Lapangan Tenis: tidak akan bubar sebelum menyusun konstitusi baru.

Puncak kemarahan rakyat terjadi pada 14 Juli 1789 ketika massa menyerbu Penjara Bastille, simbol penindasan monarki. Peristiwa ini menjadi tonggak Revolusi Prancis dan kini diperingati sebagai hari nasional Prancis.

revolusi prancis

Penyebab Utama Meletusnya Revolusi

Beberapa faktor yang mendorong meletusnya revolusi antara lain:

  • Krisis Ekonomi: utang besar akibat perang, gagal panen, kenaikan harga roti, dan pajak yang menindas rakyat.
  • Ketidakadilan Sosial: sistem feodalisme membuat rakyat jelata dan petani menanggung kerja paksa dan setoran hasil panen, sementara kaum bangsawan dan gereja bebas beban.
  • Pemikiran Pencerahan (Enlightenment): gagasan Rousseau, Voltaire, dan Montesquieu tentang kebebasan, kesetaraan, serta kontrak sosial mendorong rakyat menuntut perubahan.
  • Pengaruh Revolusi Amerika: kemenangan Amerika atas Inggris memberi inspirasi bahwa rakyat bisa melawan tirani.
  • Kelemahan Monarki Absolut: keputusan Raja Louis XVI yang buruk, gaya hidup boros istana, serta kegagalannya meredam krisis mempercepat keruntuhan kerajaan.

Kronologi Revolusi Prancis

  1. États-Généraux (5 Mei 1789) – Sidang perwakilan rakyat dibuka, tetapi berujung konflik antara golongan bangsawan, gereja, dan rakyat biasa.
  2. Majelis Nasional (17 Juni 1789) – Rakyat membentuk parlemen sendiri dan menolak tunduk pada raja.
  3. Sumpah Lapangan Tenis (20 Juni 1789) – Wakil rakyat bersumpah tidak bubar sebelum ada konstitusi baru.
  4. Penyerbuan Bastille (14 Juli 1789) – Rakyat menyerbu penjara, menjadi simbol lahirnya revolusi.
  5. Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga Negara (Agustus 1789) – Menegaskan bahwa semua manusia dilahirkan merdeka dan setara.
  6. Raja Dihukum Mati (1793) – Louis XVI dan Ratu Marie Antoinette dipenggal dengan guillotine.
  7. Munculnya Robespierre & Reign of Terror (1793–1794) – Pemerintahan revolusioner melakukan eksekusi massal atas mereka yang dianggap musuh republik.
  8. Kejatuhan Robespierre (1794) – Sang “Incorruptible” dihukum mati, mengakhiri masa teror.
  9. Kekuasaan Direktori (1795–1799) – Pemerintahan moderat yang sarat korupsi dan bergantung pada militer.
  10. Kudeta Napoleon Bonaparte (9 November 1799) – Mengakhiri Revolusi Prancis dan membuka era baru di bawah kekaisaran Napoleon.

Maximilien Robespierre

Maximilien Robespierre, seorang pengacara dari Arras, dikenal sebagai tokoh paling kontroversial dalam revolusi. Ia dipengaruhi filsafat Rousseau dan menjadi pembela rakyat kecil.

Di Majelis Nasional dan Klub Jacobin, Robespierre mendorong penghapusan monarki dan menuntut persamaan hak. Namun, saat menjadi anggota Komite Keamanan Publik, ia menjadi arsitek Reign of Terror. Ribuan orang, termasuk bangsawan, rohaniwan, bahkan sesama revolusioner, dieksekusi tanpa pengadilan yang adil.

Robespierre dijuluki “The Incorruptible” karena integritasnya, tetapi juga dicap sebagai tiran baru. Akhirnya, ia sendiri dieksekusi dengan guillotine pada 1794. Kejatuhannya menandai berakhirnya fase paling berdarah dalam revolusi.

revolusi prancis

Dampak Revolusi Prancis

Politik

  • Runtuhnya monarki absolut, lahirnya republik.
  • Munculnya gagasan demokrasi modern, nasionalisme, dan liberalisme.
  • Sistem pemerintahan berbasis konstitusi menggantikan kekuasaan absolut raja.

Sosial

  • Penghapusan sistem kelas feodal.
  • Rakyat memperoleh hak yang lebih setara, termasuk akses pendidikan dan kebebasan beragama.
  • Muncul gerakan kesetaraan gender, ditandai dengan aksi perempuan Paris menuntut raja melihat penderitaan rakyat.

Ekonomi

  • Petani dibebaskan dari ikatan feodal terhadap tanah bangsawan.
  • Pajak tidak lagi dibebankan secara sewenang-wenang pada rakyat kecil.
  • Pertumbuhan perdagangan dan industri lebih terbuka.

Pengaruh Global

Revolusi Prancis menginspirasi banyak bangsa, termasuk Indonesia. Semangat kebebasan dan persamaan hak memengaruhi tokoh pergerakan nasional, yang kemudian memperjuangkan kemerdekaan. Slogan revolusi “Liberté, Egalité, Fraternité” turut mengakar dalam ide-ide perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajahan.

Paralel dengan Indonesia Saat Ini

Kondisi Prancis pada akhir abad ke-18 memiliki kemiripan dengan situasi Indonesia saat ini. Saat itu, rakyat Prancis muak pada pemerintah yang korup, boros, dan tidak peduli pada penderitaan rakyat. Mereka dipaksa membayar pajak tinggi sementara elit hidup mewah tanpa beban.

Di Indonesia hari ini, kekecewaan rakyat juga semakin besar. Banyak orang menilai pemerintah lebih sibuk mengamankan kepentingan kelompok elit ketimbang memperjuangkan kesejahteraan rakyat. Kritik publik semakin keras terhadap kebijakan yang dianggap memberatkan, mulai dari kenaikan iuran hingga masalah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.

Sejarah Revolusi Prancis memberi pelajaran penting: ketika rakyat bersatu dan menolak penindasan, perubahan besar bisa terjadi. Pemerintah yang lalim, meski tampak kuat, pada akhirnya bisa runtuh oleh kekuatan rakyat.

indonesia gelap

Revolusi Prancis adalah tonggak besar runtuhnya tirani monarki absolut. Ia membuktikan bahwa rakyat memiliki kekuatan untuk mengubah sistem yang menindas menjadi pemerintahan yang lebih adil dan setara. Meski perjalanan revolusi penuh darah dan konflik, warisan yang ditinggalkan berupa gagasan demokrasi, persamaan hak, dan nasionalisme tetap relevan hingga kini.

Bagi Indonesia, Revolusi Prancis menjadi cermin. Ketidakadilan dan ketidakpekaan penguasa pada penderitaan rakyat selalu menjadi bahan bakar bagi perubahan. Seperti halnya Prancis kala itu, rakyat Indonesia pun berhak menentukan jalan masa depan yang lebih adil.

Trending Topic

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Related news