Harian Masyarakat | Setelah menunggu 14 tahun, Timor Leste akhirnya resmi menjadi anggota ke-11 Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Momen bersejarah itu terjadi pada pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-47 di Kuala Lumpur, Malaysia, Sabtu (25/10/2025).
Bendera Timor Leste dikibarkan berdampingan dengan sepuluh bendera negara anggota lainnya. Tepuk tangan panjang terdengar di ruang sidang saat peresmian berlangsung.
“Ini bukan akhir dari perjalanan kami, tapi awal dari babak baru yang penuh peluang besar,” kata Perdana Menteri Xanana Gusmao dalam pidato emosionalnya. Ia menyebut bergabung dengan ASEAN sebagai “mimpi yang menjadi kenyataan” bagi rakyat Timor Leste.

Dari Perjuangan Panjang Menuju Keanggotaan Penuh
Proses keanggotaan Timor Leste dimulai pada 2011, hampir satu dekade setelah merdeka dari Indonesia pada 2002. Tahun 2022, negara itu diberikan status pengamat dan mulai ikut serta dalam beberapa pertemuan ASEAN.
Pada 2023, para pemimpin ASEAN menyepakati Roadmap for Full Membership yang berisi tahapan untuk memenuhi seluruh syarat keanggotaan, termasuk menandatangani ASEAN Charter dan Treaty on the Southeast Asia Nuclear-Weapon-Free Zone.
Upacara penyerahan dokumen aksesi dilakukan oleh Menteri Luar Negeri Timor Leste Bendito dos Santos Freitas kepada Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn, disaksikan para pemimpin negara anggota.
Menteri Luar Negeri Malaysia Datuk Seri Mohamad Hasan mengatakan, “Hari ini kita menyambut sebuah bangsa yang dibangun di atas keberanian, ketekunan, dan harapan yang tak pernah padam. Selamat datang ke keluarga besar ASEAN.”
Harapan dari Dili

Presiden Jose Ramos-Horta, yang menerima Hadiah Nobel Perdamaian tahun 1996, menyebut keanggotaan ini sebagai puncak dari perjuangan panjang bangsanya. Ia sudah mengusulkan ide bergabung ke ASEAN sejak 1970-an, jauh sebelum Timor Leste merdeka.
“Masuk ke ASEAN bahkan lebih sulit daripada masuk surga,” kata Ramos-Horta dalam kunjungannya ke Sekretariat ASEAN di Jakarta pada Agustus 2025. “Namun, kini kami siap berkontribusi menjaga kedamaian, kesejahteraan, dan kesatuan kawasan.”
Timor Leste yang berpenduduk sekitar 1,4 juta jiwa masih menjadi salah satu negara termiskin di Asia. Sekitar 42 persen warganya hidup di bawah garis kemiskinan. Sebagian besar pendapatan negara bergantung pada minyak dan gas bumi yang mulai menipis.
Gusmao berharap keanggotaan ASEAN membuka peluang investasi, perdagangan, dan kerja sama pendidikan. “Kami siap belajar, berinovasi, dan mempraktikkan tata kelola yang baik,” ujarnya.
Dukungan dan Tantangan dari Indonesia
Indonesia menjadi salah satu negara yang paling konsisten mendukung masuknya Timor Leste ke ASEAN, meski hubungan kedua bangsa menyimpan luka sejarah. Jakarta membantu Dili mempersiapkan kapasitas administrasi agar memenuhi standar ASEAN.
Menurut Khanisa Krisman, peneliti isu ASEAN dari BRIN, keberhasilan ini adalah bukti komitmen ASEAN untuk menyatukan seluruh negara di Asia Tenggara secara geografis. “Sekarang tugasnya memastikan pembangunan kawasan lebih merata,” katanya.

Namun ia juga menilai, komitmen Indonesia terhadap ASEAN kini diuji. Sejumlah pengamat menilai perhatian Presiden Prabowo Subianto terhadap kawasan masih kurang karena kunjungan luar negerinya lebih banyak difokuskan ke negara-negara besar seperti China.
“Jangan sampai ketika visi regionalisme tercapai melalui bergabungnya Timor Leste, semangat kebersamaan justru meredup,” kata Khanisa.
Makna Geopolitik dan Ekonomi ASEAN
Masuknya Timor Leste menandai ekspansi pertama ASEAN sejak Kamboja bergabung pada 1999. Dengan ini, ASEAN kini secara geografis mencakup seluruh kawasan Asia Tenggara.
Bagi ASEAN, integrasi negara muda dan miskin seperti Timor Leste adalah ujian solidaritas. “Ini menunjukkan inklusivitas dan kemampuan beradaptasi ASEAN di tengah ketegangan geopolitik,” ujar Angeline Tan dari Institut Kajian Strategis Malaysia.
ASEAN kini menjadi kawasan dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia, mencapai rata-rata 4,7 persen pada 2025, jauh di atas Uni Eropa yang hanya 1,2 persen. Dengan populasi 680 juta dan produk domestik bruto kolektif 3,8 triliun dolar AS, ASEAN menawarkan pasar besar yang diharapkan bisa membantu perekonomian Timor Leste tumbuh lebih cepat.
Namun, analis Joanne Lin dari ISEAS–Yusof Ishak Institute mengingatkan, Timor Leste masih menghadapi keterbatasan kapasitas administratif dan infrastruktur. “Partisipasi penuh butuh dukungan teknis dan finansial jangka panjang dari negara anggota lain,” katanya.

Diplomasi di Tengah Ketegangan
KTT ASEAN ke-47 juga menjadi panggung diplomasi internasional. Presiden AS Donald Trump menghadiri pertemuan bilateral dengan sejumlah pemimpin, termasuk menyaksikan penandatanganan Perjanjian Damai Thailand-Kamboja setelah konflik perbatasan berdarah yang menewaskan 33 orang dan memaksa 138.000 warga mengungsi.
PM Malaysia Anwar Ibrahim menyebut kesepakatan itu sebagai “Langkah penting menuju perdamaian abadi.” Trump menamainya Kuala Lumpur Peace Accords.
Selain Trump, hadir pula PM Jepang Sanae Takaichi, Presiden China Xi Jinping, dan PM Kanada Mark Carney. Mereka membahas perang dagang AS–China, tarif ekspor baru, serta kerja sama digital dan rantai pasok regional.
Anwar menegaskan, “Dengan bergabungnya Timor Leste, ASEAN kini lengkap. Kita berbagi takdir dan rasa kekeluargaan yang mendalam.”
Tantangan Baru bagi ASEAN
Meski perayaan bergema, tantangan besar menanti. Perselisihan di Laut China Selatan belum selesai. Krisis politik Myanmar masih menjadi luka lama. Sementara itu, kejahatan siber lintas negara, penipuan daring, dan perdagangan manusia terus mencoreng citra kawasan.
Bridget Welsh dari University of Nottingham Malaysia menyebut ASEAN masih menghadapi “kesenjangan tata kelola dan lemahnya penegakan hukum.”

Di sisi ekonomi, kenaikan tarif AS terhadap produk Asia Tenggara menekan ekspor dan mengancam rantai pasok global. “Integrasi ekonomi ASEAN bisa kehilangan momentum jika negara-negara anggotanya kembali fokus ke dalam negeri,” kata Benjamin Barton, akademisi dari universitas yang sama.
Simbol Inklusivitas, Bukan Sekadar Seremonial
Masuknya Timor Leste menegaskan kembali semangat multilateralisme ASEAN. Presiden Brasil Lula da Silva dalam sidang PBB sebelumnya menyebut ASEAN sebagai contoh organisasi kawasan yang berhasil menjaga stabilitas global.
Bagi Dili, keanggotaan penuh ini bukan sekadar simbol politik. Ini adalah peluang untuk membuka ekonomi, memperkuat demokrasi, dan memperluas jejaring diplomasi.
Ramos-Horta menutup pidatonya dengan kalimat yang mencerminkan harapan rakyatnya: “Kami datang bukan untuk menambah beban, tetapi untuk ikut menjaga perdamaian, berdialog, dan membangun masa depan bersama Asia Tenggara.”Timor Leste kini resmi menjadi bagian dari ASEAN. Perjalanan panjangnya menuju kursi ke-11 di meja Asia Tenggara menunjukkan bahwa integrasi regional bukan hanya soal ekonomi, tapi juga tentang keberanian, ketekunan, dan harapan akan masa depan yang lebih inklusif.















