spot_img

Trump Paksa Hamas Pilih Jalan Sulit: Terima Rencana Damai atau Hadapi Kehancuran Gaza

Harian Masyarakat | Hamas masih menimbang rencana perdamaian yang ditawarkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk mengakhiri perang dua tahun di Gaza. Anggota biro politik Hamas, Mohammed Nazzal, menyebut kelompoknya sedang mendiskusikan proposal itu dan akan segera mengumumkan sikap resmi.

Trump memberi tenggat tiga hingga empat hari agar Hamas menerima rencana berisi 20 poin tersebut. Isinya mencakup gencatan senjata segera, pertukaran tahanan, penarikan bertahap pasukan Israel, perlucutan senjata, dan pembentukan pemerintahan transisi di Gaza yang dipimpin badan internasional.

Banyak warga Palestina berharap perang segera berakhir. Namun mereka menilai proposal ini lebih menguntungkan Israel. Hamas sendiri menuntut penarikan penuh Israel, jaminan gencatan senjata permanen, dan kepastian pengungsi bisa kembali ke rumah, terutama di Gaza utara.

militer israel netanyahu gaza palestina

Tekanan dari Mesir, Qatar, dan Turki

Mesir, Qatar, dan Turki tengah berusaha membujuk Hamas agar menerima rencana Trump. Menteri Luar Negeri Mesir, Badr Abdelatty, menegaskan bahwa mereka harus melucuti senjata agar Israel tidak punya alasan melanjutkan serangan. Ia menyebut apa yang terjadi di Gaza sudah melewati batas balas dendam dan berubah menjadi “pembersihan etnis dan genosida”.

Namun Abdelatty mengingatkan ada banyak celah dalam proposal itu. Masalah besar adalah soal tata kelola pemerintahan dan pengaturan keamanan Gaza. Ia juga menolak kemungkinan pengusiran massal warga Palestina. “Pengungsian tidak akan terjadi karena itu berarti akhir dari perjuangan Palestina,” ujarnya.

Sikap Hamas Terbelah

hamas

Menurut analis politik, Hamas kini berada pada posisi “memilih antara yang buruk dan terburuk”. Jika menolak, Israel berpotensi melanjutkan serangan besar-besaran dengan dalih mendapat restu AS. Jika menerima, mereka dipaksa tunduk pada syarat berat, termasuk menyerahkan semua senjata.

Hamas terpecah dalam pembahasan. Faksi di Doha dan Istanbul dinilai lebih pragmatis, sementara kepemimpinan militer di Gaza cenderung menolak. Persoalan paling krusial adalah tuntutan perlucutan senjata. “Perlawanan bersenjata sudah melekat dalam identitas mereka,” jelas Michael Milshtein, pakar dari Universitas Tel Aviv.

Dukungan dan Tekanan Internasional

Israel di bawah Benjamin Netanyahu langsung menerima proposal Trump karena banyak syaratnya sesuai tuntutan Israel. Netanyahu bahkan mengancam akan “menyelesaikan pekerjaan” jika Hamas menolak atau memperlambat implementasi rencana.

Uni Eropa, melalui Kaja Kallas, juga mendesak Hamas untuk menerima. Rusia memberi dukungan terbatas dengan syarat rencana itu mengarah pada solusi dua negara. Prancis lebih keras. Menteri Luar Negeri Jean-Noel Barrot menyebut Hamas harus mengakui kekalahan.

Sementara itu, Gedung Putih mengingatkan ada konsekuensi jika rencana itu ditolak. Jubir Karoline Leavitt menegaskan Trump siap menarik “garis merah”.

militer israel netanyahu gaza palestina

Fakta Perang Gaza

  • Serangan Hamas ke Israel pada Oktober 2023 menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang. Kini tersisa 48 sandera di Gaza, namun tidak semuanya masih hidup.
  • Serangan balasan Israel telah menewaskan lebih dari 66 ribu orang di Gaza, mayoritas perempuan dan anak-anak. Angka sebenarnya diperkirakan bisa tiga kali lipat.
  • Sebagian besar dari 2,3 juta warga Gaza sudah mengungsi berkali-kali, sementara wilayahnya hancur lebur.
  • Menurut laporan ACLED, 90 persen komandan Hamas telah tewas, 97 persen roket hancur, namun 60 persen jaringan terowongan bawah tanah masih ada.

Masa Depan

Meski kehilangan ribuan pejuang dan hampir semua komandan senior, Hamas masih bertahan dengan operasi gerilya di beberapa wilayah Gaza. Ribuan pejuang baru direkrut meski minim pengalaman dan perlengkapan.

Sebagian faksi ingin terus berperang dengan keyakinan Israel kelelahan secara politik dan militer. Mereka melihat pemilu Israel mendekat, tekanan internasional meningkat, dan beban mobilisasi tentara cadangan makin berat.

Namun jika rencana Trump ditolak, risiko kehancuran Gaza akan semakin besar. Tekanan internasional dan realitas lapangan memaksa kelompok itu segera menentukan pilihan: bertahan dengan perlawanan bersenjata atau menerima proposal yang bisa mengubah peta politik Palestina.

Trending Topic

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Related news