Harian Masyarakat | Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan perang di Gaza telah berakhir. Ia mengatakan hal itu dalam penerbangan menuju Israel pada Minggu (12/10/2025) waktu setempat, sebelum melanjutkan perjalanan ke Mesir untuk memimpin Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) perdamaian di Sharm El-Sheikh.
“Perang sudah selesai, oke? Kalian mengerti itu, kan?” ujar Trump di atas pesawat Air Force One. Ia menegaskan gencatan senjata antara Israel dan Hamas akan bertahan karena “orang-orang sudah muak dengan perang yang telah berlangsung berabad-abad”.
Trump yakin perdamaian akan berjalan. “Saya pikir kita akan sukses. Gaza akan dibangun kembali. Ada banyak negara kaya yang siap membantu,” katanya.
.@POTUS ahead of his trip to Israel: “This is going to be a very special time… Everybody’s cheering at one time. That’s never happened before… It’s an honor to be involved — and we’re going to have an amazing time.” pic.twitter.com/lYhG94lxNM
— Rapid Response 47 (@RapidResponse47) October 12, 2025
Pernyataan itu disampaikan beberapa jam setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan operasi militer belum sepenuhnya berakhir dan masih ada ancaman keamanan besar yang harus dihadapi.
Meski begitu, Trump tetap optimistis. “Kita punya banyak jaminan lisan dari Israel, Hamas, dan negara-negara kunci kawasan. Saya pikir mereka tidak ingin mengecewakan saya,” ujarnya.

Gencatan Senjata dan Pertukaran Tahanan
Fase pertama kesepakatan damai berisi penghentian serangan, pembebasan sandera, dan pertukaran tahanan. Hamas diwajibkan menyerahkan 48 sandera yang diculik sejak 7 Oktober 2023, termasuk 20 orang yang masih hidup dan jasad 28 lainnya.
Sebagai imbalan, Israel akan membebaskan 250 tahanan politik dan 1.700 warga Palestina yang ditahan selama perang, termasuk 22 anak-anak, serta menyerahkan 360 jasad pejuang Palestina.
Israel juga mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza. PBB menyebut ada 170.000 paket bantuan siap dikirim berisi makanan, obat-obatan, dan kebutuhan pokok.
Tom Fletcher, Wakil Sekjen PBB untuk urusan kemanusiaan, menyebut langkah itu sebagai “awal dari operasi kemanusiaan terbesar sejak perang dunia kedua.”
Namun, situasi di lapangan masih genting. UNICEF melaporkan hanya sebagian kecil truk bantuan yang bisa masuk karena kondisi jalan rusak dan keamanan belum stabil. PBB memperkirakan 600 truk per hari diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar warga Gaza.
Gaza Rata dengan Tanah
Tiga hari setelah gencatan senjata, ratusan ribu warga Gaza mulai pulang ke wilayah utara. Mereka menemukan rumah-rumah mereka hancur total.
Rami Mohammad Ali, warga Gaza berusia 37 tahun, berjalan sejauh 15 kilometer dari Deir Al-Balah ke Gaza City. “Kami senang bisa pulang, tapi semua tinggal puing. Kami juga melihat jenazah berserakan di jalan,” ujarnya.
Data Kementerian Kesehatan Gaza menyebut 67.137 warga Palestina tewas sejak perang pecah, termasuk lebih dari 18.000 anak. Laporan PBB mencatat 92 persen unit rumah di Gaza rusak atau hancur, hanya 39 persen rumah sakit yang masih berfungsi, dan hampir seluruh fasilitas air dan sanitasi hancur.
UNRWA memperkirakan 1,5 juta warga masih mengungsi dan membutuhkan 300.000 tenda darurat.

Tuduhan Genosida dan Krisis Kemanusiaan
Integrated Food Security Phase Classification (IPC) pada Agustus 2025 menetapkan bahwa Gaza mengalami kelaparan. Lebih dari 55.000 anak di bawah lima tahun menderita gizi buruk akut.
Organisasi International Association of Genocide Scholars (IAGS) menilai Israel telah melakukan empat dari lima tindakan genosida berdasarkan Konvensi PBB 1948, termasuk pembunuhan, penyiksaan, dan penciptaan kondisi hidup yang mematikan bagi warga Palestina.
Israel membantah keras tuduhan itu. Netanyahu mengatakan klaim genosida “tidak benar sama sekali” dan menegaskan pasukan Israel telah memberi peringatan evakuasi sebelum melakukan serangan.
KTT Perdamaian di Mesir
KTT di Sharm El-Sheikh menjadi titik penting pascaperang Gaza. Trump dan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi menjadi tuan rumah. Pertemuan itu dihadiri lebih dari 20 pemimpin dunia, termasuk Presiden Prancis Emmanuel Macron, Perdana Menteri Inggris Sir Keir Starmer, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Raja Yordania Abdullah II, Emir Qatar Tamim Al-Thani, serta Presiden Indonesia Prabowo Subianto.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas juga hadir, tetapi tidak ada perwakilan dari Hamas maupun Israel.

Trump menyebut KTT ini sebagai langkah menuju “normalisasi besar-besaran di Timur Tengah”. Ia menilai kawasan itu akan “memasuki era baru perdamaian dan kerja sama”.
Namun, undangan untuk Iran ditolak. Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menegaskan Teheran tidak akan berpartisipasi dalam forum yang dihadiri negara-negara yang “menyerang rakyat Iran”. Meski begitu, Araghchi menyambut baik setiap upaya menghentikan “genosida dan pendudukan di Gaza.”
Siapa yang Akan Memerintah Gaza?
Isu paling rumit dalam kesepakatan ini adalah pemerintahan pascaperang. Trump berencana membentuk “Dewan Perdamaian” yang terdiri dari teknokrat Palestina dan akan bertanggung jawab mengelola Gaza di bawah pengawasan internasional.
Awalnya, Trump berniat menunjuk mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair sebagai ketua dewan. Namun, ia menunda rencana itu karena banyak kritik yang menolak keterlibatan Blair akibat perannya dalam invasi Irak pada 2003.
“Saya suka Tony, tapi saya ingin orang yang bisa diterima semua pihak,” kata Trump.
Zion Evrony, mantan diplomat Israel, menilai satu-satunya jalan damai adalah menyerahkan kekuasaan Gaza kepada Otoritas Palestina. “Hanya Otoritas Palestina yang diakui hukum internasional. Kekosongan pemerintahan akan membawa kehancuran baru,” tulisnya dalam Times of Israel.
Israel dan Hamas Masih Menyisakan Api
Meski gencatan senjata berjalan, ketegangan belum sepenuhnya reda. BBC melaporkan bentrokan antara aparat Hamas dan klan Dughmush di Gaza City menewaskan 27 orang. Klan itu dikenal sebagai kelompok paramiliter kuat di Gaza.
Hamas menegaskan akan menindak geng bersenjata dan kolaborator Israel selama masa transisi. Namun, banyak pihak khawatir konflik internal justru akan melemahkan stabilitas Gaza yang baru saja pulih.
Harapan Baru dari Puing Reruntuhan
Di Tel Aviv, ribuan warga Israel merayakan gencatan senjata. Namun, banyak dari mereka mencemooh Netanyahu yang dituduh memperpanjang perang demi mempertahankan jabatan.
Ratusan ribu orang berkumpul di “Hostages’ Square” untuk mendukung keluarga para sandera. Utusan AS Steve Witkoff dan Jared Kushner berpidato di sana, disambut sorak sorai ketika menyebut nama Trump.

“Untuk para sandera, saudara dan saudari kami, kalian akan segera pulang,” kata Witkoff.
Trump sendiri berjanji akan “terus bekerja sampai perdamaian benar-benar tercapai dan terjaga di seluruh kawasan”. Ia berencana suatu hari mengunjungi Gaza. “Saya ingin menjejakkan kaki di sana. Saya percaya akan ada keajaiban besar di sana dalam beberapa dekade mendatang.”
Tantangan Besar di Depan
Walau perang dinyatakan berakhir, tantangan nyata baru saja dimulai. Gaza kini harus dibangun kembali dari kehancuran total, kelaparan harus diatasi, dan pemerintahan baru harus segera terbentuk.
PBB menyiapkan rencana pemulihan 60 hari untuk mengirim 170.000 ton bantuan makanan, obat, dan kebutuhan dasar. Namun, para analis memperingatkan, tanpa komitmen politik dari Israel dan Hamas, perdamaian ini bisa rapuh.
Seorang pejabat PBB di Rafah menyebut, “Ini bukan akhir dari perang, ini baru awal dari pekerjaan panjang menyelamatkan Gaza.”
Trump tetap yakin. “Kita akan lihat Gaza bangkit. Ini awal dari mukjizat,” ujarnya.


 
                                    












