Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada hari Selasa menyatakan bahwa dia telah sepenuhnya menguasai wilayah udara Iran, di tengah pertanyaan apakah ia akan mengizinkan keterlibatan langsung Amerika Serikat dalam konflik yang semakin memanas antara Israel dan Iran.
“Kami sekarang menguasai langit Iran sepenuhnya. Iran memang punya alat pelacak udara dan perlengkapan pertahanan yang cukup banyak, tapi semua itu tidak bisa menyaingi perlengkapan buatan Amerika. Tak ada yang lebih hebat dari Amerika Serikat,” tulis Trump di Truth Social.

Pernyataan ini muncul saat Trump menghadapi keputusan besar tentang sejauh mana AS akan terlibat dalam perang tersebut. Saat ini juga sedang dibahas kemungkinan serangan terhadap fasilitas nuklir Fordow di Iran. Serangan semacam itu hanya bisa dilakukan dengan bantuan AS karena satu-satunya cara untuk menghancurkan fasilitas itu—yang terletak jauh di dalam pegunungan—adalah dengan bom penghancur bunker yang dijatuhkan dari pesawat pengebom B-2 milik AS.
Sebelumnya pada hari yang sama, Trump mengatakan bahwa ia ingin mengakhiri konflik secara tuntas, bukan sekadar gencatan senjata. Ia menyebut bahwa yang diinginkannya adalah “penyerahan total” dari pihak Iran.
“Saya rasa mereka (Iran) tahu jangan coba-coba menyentuh pasukan kami,” kata Trump, sambil memperingatkan bahwa respons AS akan “tanpa ampun” jika itu terjadi.
Wakil Presiden J.D. Vance, yang seperti Trump dikenal ingin menjauhkan AS dari perang luar negeri, mengatakan di platform X bahwa sejauh ini Trump sudah menunjukkan sikap yang hati-hati.
“Bisa jadi dia memutuskan perlu mengambil tindakan lebih jauh untuk menghentikan program pengayaan uranium Iran. Keputusan itu ada di tangan presiden. Dan tentu saja, masyarakat punya alasan kuat untuk khawatir terhadap keterlibatan asing, apalagi setelah 25 tahun kebijakan luar negeri yang bodoh,” kata Vance. “Tapi menurut saya, presiden layak mendapat kepercayaan dalam hal ini. Saya lihat sendiri dari dekat bahwa dia hanya akan menggunakan militer AS untuk tujuan rakyat Amerika. Apa pun keputusannya, itu fokus utamanya.”
Trump pulang dari KTT G7 di Kanada pada Senin malam, sehari lebih cepat dari jadwal, karena ingin segera kembali ke Washington saat Israel dan Iran saling meluncurkan serangan rudal.















