spot_img

Vaksin Covid-19 Diklaim Sebabkan Kanker, Mitos Atau Fakta?

Harian Masyarakat | Tiga tahun setelah pandemi Covid-19 mengguncang dunia, vaksin masih menjadi topik hangat dalam perdebatan publik. Dari awal dianggap sebagai terobosan medis yang menyelamatkan jutaan nyawa, kini vaksin kembali disorot setelah muncul klaim bahwa vaksin Covid-19 bisa memicu kanker. Klaim ini berasal dari sebuah studi asal Korea Selatan yang viral dan segera memicu gelombang disinformasi di media sosial.

Namun, apa benar vaksin Covid-19 menyebabkan kanker?

Asal Usul Klaim

Klaim bermula dari penelitian berjudul 1-year risks of cancers associated with COVID-19 vaccination: a large population-based cohort study in South Korea yang terbit di jurnal Biomarker Research milik Springer Nature. Peneliti menganalisis data kesehatan lebih dari 8,4 juta warga Korea Selatan antara 2021 hingga 2023.

Hasil analisis menunjukkan bahwa penerima vaksin Covid-19 lebih sering terdiagnosis beberapa jenis kanker dalam setahun dibanding yang tidak divaksin. Angka yang dipublikasikan tampak mengejutkan:

  • Risiko kanker tiroid naik 35%
  • Kanker lambung 34%
  • Kanker paru 53%
  • Kanker prostat 68%
  • Kanker payudara 20%
  • Kanker kolorektal 28%

Data ini langsung dimanfaatkan oleh akun dan tokoh anti-vaksin untuk menyebarkan narasi bahwa vaksin menyebabkan kanker. Platform seperti Vigilant Fox bahkan menulis bahwa vaksin meningkatkan risiko kanker secara keseluruhan sebesar 27%. Tokoh publik seperti Dr Aseem Malhotra dan Peter McCullough ikut memperkuat klaim ini di media sosial, menyebut hasil studi tersebut sebagai “penting dan mengkhawatirkan.”

Organisasi Children’s Health Defense, yang dikenal menentang vaksin, juga menerbitkan laporan berjudul “All COVID Vaccines Increase Cancer Risk, New Study Concludes”, tanpa menjelaskan konteks ilmiah sebenarnya.

Studi Asli Menolak Klaim Sebab-Akibat

Namun, jika membaca teks asli penelitian, klaim itu ternyata tidak berdasar. Para peneliti Korea Selatan tidak pernah menyatakan bahwa vaksin menyebabkan kanker. Mereka justru menulis dengan tegas:

“Ditemukan asosiasi epidemiologis antara kejadian kanker dan vaksin Covid-19, tanpa hubungan kausal langsung. Diperlukan penelitian lanjutan untuk memahami kemungkinan mekanisme biologisnya.”

Kalimat ini menjadi kunci. “Asosiasi epidemiologis” berarti hanya ada hubungan statistik, bukan sebab-akibat. Contohnya, penjualan es krim meningkat bersamaan dengan naiknya kasus tenggelam di musim panas. Keduanya naik bersamaan, tetapi es krim tidak menyebabkan orang tenggelam.

vaksin covid-29 virus corona kanker

Dengan kata lain, penelitian hanya menemukan pola, bukan penyebab.

Bias Pengawasan dan Salah Tafsir Statistik

Pakar epidemiologi menilai hasil studi Korea Selatan kemungkinan besar dipengaruhi oleh bias pengawasan. Orang yang sudah divaksin cenderung lebih sering memeriksakan diri dan melakukan skrining kesehatan. Akibatnya, kanker yang sudah ada lebih cepat terdeteksi, bukan muncul karena vaksin.

Dr David Gorski dari Wayne State University menilai, studi ini gagal mengontrol faktor pembanding seperti kebiasaan skrining, riwayat keluarga, atau kondisi medis lain. “Orang yang rajin divaksin biasanya juga rajin memeriksa kesehatan, jadi peluang diagnosisnya lebih tinggi,” ujarnya.

Dr Robert Bednarczyk dari Emory University menambahkan, fenomena ini disebut unmasking. Saat seseorang datang untuk vaksin, dokter bisa saja menemukan gejala penyakit lain yang sebelumnya tersembunyi.

Durasi Studi Dinilai Tidak Masuk Akal

Kritik lain datang dari Dr Benjamin Mazer dari Johns Hopkins University. Ia menilai klaim bahwa vaksin bisa menyebabkan kanker dalam hitungan bulan “secara biologis tidak masuk akal.”
“Tidak ada karsinogen yang bisa menyebabkan kanker secepat itu. Mutasi dan pertumbuhan sel kanker butuh waktu bertahun-tahun,” katanya.

Pernyataan ini diperkuat oleh data resmi Korean Cancer Association yang menunjukkan tidak ada lonjakan kasus enam jenis kanker tersebut di tahun 2022, saat hampir seluruh populasi sudah divaksin.

vaksin covid-29 virus corona kanker

Keterbatasan Studi dan Kredibilitas Penulis

Selain itu, penelitian Korea Selatan ini tidak dilakukan oleh ahli kanker atau epidemiologi. Para penulisnya adalah dokter ortopedi dan spesialis paru. Artikel mereka diterbitkan sebagai “correspondence”, bukan riset utama, dan metode penelitian hanya dijelaskan dalam lampiran tambahan.

Bahkan Dr Becky Dawson dari Allegheny College menyebut periode pengamatan satu tahun untuk penelitian kanker “tidak masuk akal”, karena kanker membutuhkan waktu lama untuk berkembang.

Bantahan dari Lembaga Kesehatan Dunia

Lembaga-lembaga kesehatan global telah menegaskan bahwa tidak ada bukti vaksin Covid-19 menyebabkan kanker.

  • BMJ (British Medical Journal) menyatakan tidak ada data yang menunjukkan peningkatan kasus kanker setelah vaksinasi massal.
  • Global Vaccine Data Network (GVDN) menyebut klaim bahwa vaksin memicu “epidemi kanker” sebagai mitos yang bertentangan dengan biologi dan fisika. Vaksin mRNA tidak mengandung virus hidup dan tidak masuk ke inti sel, sehingga tidak bisa mengubah DNA.
  • Fox Chase Cancer Center menemukan vaksin mRNA aman bahkan bagi pasien yang sedang menjalani pengobatan kanker. Efek sampingnya sama seperti pada populasi umum.
  • National Cancer Institute (AS) menegaskan, “Tidak ada bukti bahwa vaksin Covid-19 menyebabkan, mempercepat, atau memicu kekambuhan kanker.”

vaksin covid-29 virus corona kanker

Vaksin Masih Aman dan Efektif

Meski perdebatan terus muncul, konsensus ilmiah tetap jelas. Vaksin Covid-19 terbukti efektif mencegah kematian dan rawat inap akibat infeksi berat. Teknologi mRNA yang digunakan justru sedang dikembangkan untuk mengobati berbagai jenis kanker, bukan menyebabkan kanker.

Cancer Research UK bahkan menyebut bahwa mRNA kini menjadi dasar pengembangan vaksin untuk mencegah kanker paru dan ovarium.

Tidak ada bukti ilmiah bahwa vaksin Covid-19 menyebabkan kanker. Klaim yang beredar berasal dari salah tafsir terhadap studi Korea Selatan yang hanya menemukan hubungan statistik, bukan penyebab langsung.

Pakar medis menilai kesalahan memahami data ini telah memperkuat kampanye disinformasi anti-vaksin di seluruh dunia. Fakta menunjukkan, vaksin Covid-19 tetap aman dan menjadi salah satu pencapaian medis paling signifikan dalam sejarah modern.

Trending Topic

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Related news