Harian Masyarakat | Ilmuwan Jepang menemukan terobosan yang bisa mengubah cara dunia mengobati penyakit hati. Senyawa alami dari pohon henna, Lawsonia inermis, yang selama ribuan tahun digunakan untuk mewarnai rambut dan kulit, ternyata berpotensi menjadi obat pertama yang mampu mengendalikan bahkan membalikkan fibrosis hati.
Tim peneliti dari Osaka Metropolitan University menemukan bahwa pigmen utama dalam henna, yaitu lawsone, memiliki kemampuan menekan pembentukan jaringan parut pada hati dan memulihkan fungsi sel hati yang rusak. Temuan ini diterbitkan dalam jurnal Biomedicine & Pharmacotherapy edisi Oktober 2025.

Apa Itu Fibrosis Hati
Fibrosis hati adalah penumpukan jaringan parut akibat cedera kronis pada hati. Kondisi ini berkembang perlahan dan sering disebabkan oleh konsumsi alkohol berlebih, infeksi hepatitis, atau gangguan autoimun.
Jika tidak diobati, fibrosis dapat berkembang menjadi sirosis, yang meningkatkan risiko gagal hati dan kanker hati.
Studi global pada 2025 memperkirakan sekitar 3–4 persen populasi dunia mengalami fibrosis hati tahap lanjut.
Hingga kini, pengobatan hanya berfokus pada menghentikan penyebab kerusakan, seperti berhenti minum alkohol atau mengobati infeksi virus. Belum ada obat yang mampu menargetkan langsung proses biologis yang menyebabkan terbentuknya jaringan parut di hati.
Kunci Masalah Ada pada Sel Stellata

Dalam penelitian ini, fokus para ilmuwan tertuju pada sel stellata hati (hepatic stellate cells atau HSCs).
Secara normal, sel ini membantu menjaga keseimbangan fungsi hati. Namun ketika hati mengalami cedera kronis, HSC menjadi terlalu aktif dan menghasilkan kolagen serta jaringan fibrosa berlebih. Akibatnya, hati mengeras dan kehilangan kemampuannya untuk berfungsi dengan normal.
Tim peneliti yang dipimpin Associate Professor Tsutomu Matsubara dan Dr. Atsuko Daikoku mengembangkan sistem penyaringan kimia untuk menguji lebih dari 1.800 zat. Tujuannya adalah mencari senyawa yang bisa menghambat aktivasi berlebih HSC.
Hasilnya, satu senyawa menonjol: lawsone, pigmen alami berwarna merah-oranye yang berasal dari daun henna.
Dari Pewarna Rambut ke Obat Penyakit Serius
Henna dikenal sejak ribuan tahun lalu dalam budaya Mesir Kuno, India, dan Timur Tengah. Selain digunakan untuk mewarnai rambut dan kulit, tanaman ini juga lama menjadi bagian dari pengobatan tradisional.
Kini, ilmu pengetahuan modern menemukan fungsi medis baru yang tak terduga dari tanaman ini.
Dalam uji laboratorium, lawsone terbukti menghambat aktivitas sel stellata hati tanpa menunjukkan tingkat racun yang berbahaya.
Eksperimen pada tikus menunjukkan hasil yang menjanjikan:
- Penurunan signifikan pada penanda fibrosis seperti YAP, αSMA, dan COL1A.
- Peningkatan cytoglobin, penanda aktivitas antioksidan pada sel HSC.
Hasil ini menunjukkan bahwa lawsone tidak hanya menekan produksi jaringan parut, tetapi juga mendorong sel hati kembali ke kondisi normal atau non-fibrotik.
Langkah Menuju Terapi Manusia
Tsutomu Matsubara menjelaskan bahwa timnya kini sedang mengembangkan sistem penghantaran obat agar lawsone bisa langsung mencapai sel stellata yang aktif di hati manusia.
Ia menegaskan, “Dengan mengontrol aktivitas fibroblast termasuk HSC, kita bisa membatasi bahkan membalikkan efek fibrosis.”
Jika riset ini berhasil diteruskan hingga tahap klinis, dunia kedokteran mungkin akan memiliki terapi pertama yang benar-benar mengobati fibrosis hati dari sumbernya, bukan sekadar menahan gejalanya.

Harapan Baru bagi Pasien
Fibrosis hati merupakan penyakit yang kerap terlambat terdeteksi dan sulit diobati. Banyak pasien baru menyadari kondisinya ketika hati sudah rusak berat.
Penemuan lawsone dari pohon henna memberi harapan besar, terutama karena bahan dasarnya alami dan tersedia luas di berbagai negara tropis.
Jika uji klinis pada manusia kelak menunjukkan hasil serupa dengan percobaan pada hewan, pengobatan berbasis lawsone bisa menjadi terobosan global untuk jutaan penderita penyakit hati di dunia.















